"Loneliness can be defined as a feeling of uneasiness or discomfort from either being alone or perceiving oneself to be alone. Symptoms of loneliness range from psychological to physical. Adjectives such as boredom, self-pity, sadness, empty, and ashamed have been used to describe the feeling of loneliness" (Melissa Madeson, 2023)
Kesepian dapat didefinisikan sebagai perasaan gelisah atau tidak nyaman baik karena benar-benar sendirian atau karena merasa sendirian (Rubenstein & Shaver, 1982). "Merasa sendirian" ini terkait dengan persepsi isolasi sosial, bukan isolasi obyektif.
Gejala kesepian berkisar dari psikologis hingga fisik. Ungkapan tentang kebosanan, mengasihani diri sendiri, kesedihan, kehampaan, dan malu sering digunakan untuk menggambarkan perasaan kesepian.
Rubenstein dan Shaver (1982) telah mengkategorikan gejala perilaku kesepian menjadi empat bagian, yaitu --pertama, kepasifan yang menyedihkan, seperti menangis, tidur, tidak melakukan apa pun, makan berlebihan, minum obat penenang, dan minum minuman keras serta penggunaan narkoba secara berlebihan.
Kedua, aktivitas menyendiri atau mengisolasi diri dengan berkegiatan aktif. Mereka melakukan kegiatan untuk menghindari atau mengatasi kesepian, seperti menulis, mendengarkan musik, berolahraga, mengerjakan hobi, belajar, dan bekerjalebih keras.
Ketiga, menghabiskan uang melalui belanja berlebihan atau membeli barang yang tidak diperlukan. Keempat, kontak sosial dengan menghubungi teman, terlibat dalam aktivitas sosial, dan melakukan hal-hal yang menghindari kesendirian
Kesepian Memicu Bunuh Diri
Studi yang dilakukan oleh psikolog sosial dari Universitas Chicago, John Cacioppo menemukan, kesepian meningkatkan kadar hormon stres kortisol dalam sirkulasi darah. Hormon ini akan memicu peningkatan tekanan darah ke dalam zona bahaya untuk menyebabkan serangan jantung dan stroke.
Peningkatan tekanan darah akan menyebabkan otot jantung bekerja lebih keras dan pembuluh darah akan mudah mengalami kerusakan karena turbulensi aliran darah.
Studi yang dilakukan John Cacioppo dari Universitas Chicago ini juga menemukan bahwa orang kesepian cenderung menilai interaksi sosial dengan negatif dan membentuk kesan buruk dari orang yang mereka temui. Hal ini menyebabkan otak terus waspada terhadap ancaman sosial, yang selanjutnya dapat menghasilkan hiper-reaktifitas pada perilaku negatif orang lain. Dampaknya, memudahkan orang kesepian tersebut untuk terjatuh pada kesepian yang lebih dalam lagi.