Lihat ke Halaman Asli

Cahyadi Takariawan

TERVERIFIKASI

Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Beberapa Kesalahan Umum Orangtua dalam Mendidik Anak (1)

Diperbarui: 30 April 2023   19:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

merakilane.com

Syaikh Jasim Muhammad Al-Muthawwi menulis makalah berjudul 'Isyruna Khatha-an Tarbawiyan Nartakibuha Ma'a Abna-ina (20 Kesalahan Orangtua dalam Mendidik Anak). Isinya duapuluh poin kesalahan yang umum dilakukan orangtua dalam mendidik anak-anak mereka.

Dalam tulisan kali ini, saya akan menyampaikan beberapa poin saja. Biar secara psikologis kita tidak terlalu terbebani dengan banyaknya kesalahan kita selama ini. Khawatirnya justru menjadi melemahkan semangat berbenah diri.

Kesalahan Pertama: Al-Ghadhab

Menurut Syaikh Jasim Muhammad Al-Muthawwi, kesalahan pertama yang banyak dijumpai pada orangtua adalah al-ghadhab atau marah. Dalam banyak kasus, dijumpai orangtua meluapkan kemarahan kepada anak untuk hal-hal sepele yang sebenarnya tidak memerlukan luapan kemarahan tersebut.

Secara umum, marah adalah hal tercela. Nabi saw mengarahkan umat muslim agar mampu mengendalikan kemarahan. Nasihat berulang yang beliau saw berikan kepada seorang lelaki yang datang adalah "la taghdhab", jangan marah.

Seorang laki-laki berkata kepada Nabi saw, 'Wahai Rasulullah, berikan saya wasiat.' Maka Nabi saw bersabda, 'Jangan engkau marah, jangan engkau marah'" (HR. Bukhari)

Nabi saw menyatakan bahwa kekuatan tidak diukur secara fisik. Namun kekuatan diukur dari kemampuan mengendalikan emosi. Beliau saw bersabda,

"Bukanlah orang kuat adalah dengan (selalu mengalahkan lawannya dalam) perkelahian, tetapi tidak lain orang kuat (yang sebenarnya) adalah yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah" (HR. Bukhari no. 5763 dan Muslim no. 2609).

Imam Al-Munawi dalam Kitab Faidhul Qadiir menyatakan,"Makna hadits ini, orang kuat (yang sebenarnya) adalah orang yang (mampu) menahan emosi ketika kemarahannya sedang bergejolak dan dia mampu melawan dan menundukkan nafsunya itu. Maka Rasulullah saw dalam hadits ini membawa makna kekuatan yang lahir kepada kekuatan batin. Dan barangsiapa yang mampu mengendalikan dirinya ketika itu maka sungguh dia telah (mampu) mengalahkan musuhnya yang paling kuat dan paling berbahaya --yaitu hawa nafsunya."

Secara akademik diketahui, bahwa marah membawa banyak kerugian dan menimbulkan bahaya, jika diterapkan dalam parenting. Dalam buku "Don't Be Angry, Mom: Mendidik Anak tanpa Marah" (2019), Nurul Afifah  menjelaskan dampak buruk luar biasa yang dialami anak akibat kemarahan orangtua. Nurul Afifah menyatakan, kemarahan orangtua berdampak negatif pada fisik maupun psikis anak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline