Kisah Ramadan -- 24
Dalam kehidupan sehari-hari, betapa banyak kita jumpai orang-orang "bersumbu pendek". Mudah marah, mudah meledak emosinya, atas hal-hal kecil yang menimpa dirinya, atau terjadi di sekitarnya.
Hanya karena tersenggol orang di jalan atau di pasar, seseorang mengamuk dan berteriak tak terkendali. Hanya karena dihentikan Pak Polisi di jalan untuk diperiksa surat-surat kendaraan, seseorang emosi hingga membanting sepeda motornya.
Hanya karena terlambat dibuatkan sarapan, seorang suami mengamuk dan memarahi istri. Hanya karena terlambat memberikan uang belanja, seorang istri emosi dan membantingi barang-barang pecah belah di rumah.
Betapa langka sifat al-hilm dalam zaman kita saat ini. Kehidupan yang serba instan telah memicu hadirnya sikap tergesa-gesa, grusa-grusu, kurang pertimbangan, cepat meledak, cepat kecewa, serta emosional.
Membangun Al-Hilm dalam Kehidupan
Al-hilm adalah sikap yang condong kepada sabar, tenang dan tabah. Seseorang disebut memiliki sifat hilm apabila tidak mudah marah, tidak gampang tersulut emosi, dan tidak tergesa-gesa atau grusa-grusu.
Dalam sebuah hadits Imam Muslim diceritakan, bahwa Rasulullah saw bersabda kepada salah seorang sahabatnya,
"Sesungguhnya kamu mempunyai dua akhlak yang sangat dicintai Allah dan Rasul-Nya, yaitu sifat al-hilm (mampu menahan emosi) dan al-anah (sikap tenang dan tidak tergesa-gesa)".
Nabi saw adalah sosok teladan utama dalam sifat al-hilm. Kita simak kembali hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari berikut ini.