Lihat ke Halaman Asli

Cahyadi Takariawan

TERVERIFIKASI

Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Laki-laki Sejati Selalu Memiliki Kebesaran Hati

Diperbarui: 9 Januari 2023   10:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokumen pribadi, by Canva

Catatan Laki-laki (20)

Siapa Ayah yang tak marah ketika anak perempuannya difitnah? Demikian pula yang terjadi pada Abu Bakar Ash-Shidiq, ketika 'Aisyah difitnah dengan sangat keji dalam peristiwa haditsul 'ifki.

Sebagaimana diketahui, peristiwa haditsul ifki adalah fitnah keji terhadap 'Aisyah yang dituduh berselingkuh dengan seorang sahabat yang bernama Shafwan bin Mu'aththal. Ini bukan sekedar urusan membela anak perempuan. Ini adalah kemuliaan Nabi saw dan keluarganya yang sangat dijaga dan dimuliakan Allah Ta'ala. Sebagai sahabat utama, Abu Bakar tak rela jika Nabi saw dan keluarganya mendapat fitnah. Ini yang membuatnya marah.

'Aisyah sangat terpukul saat mengetahui kabar dirinya berselingkuh tersebar di seluruh Kota Madinah. 'Aisyah jatuh sakit selama sebulan lamanya. Sejak saat itu, 'Aisyah memilih tinggal di rumah ayahnya, Abu Bakar, setelah mendapatkan izin dari Nabi saw. Dalam satu riwayat, 'Aisyah menangis hingga dua malam tanpa henti.

Nabi saw tidak menyalahkan dan juga tidak membenarkan kabar itu, karena beliau saw menunggu wahyu dari Allah. Kepada Aisyah, Nabi mengatakan bahwa Allah akan membersihkannya jika dia memang tidak bersalah. Mendengar hal itu, Aisyah kembali bercucuran air mata. 'Aisyah memilih bersikap sabar menghadapi kabar fitnah itu hingga Allah melakukan pembelaan terhadapnya.

Bersyukur, Allah menurunkan sepuluh ayat dalam Al-Qur'an surat An-Nur ayat 11-20, yang menyatakan terbebasnya Aisyah dari tuduhan perbuatan keji. Dengan turunnya ayat-ayat tersebut, nyata sudah kesucian diri 'Aisyah dan betapa busuk fitnah yang ditimpakan kepada dirinya.

Kemarahan Abu Bakar Ash-Shidiq memuncak ketika mengetahui Misthah bin Utsatsah, saudara sepupu yang selama ini selalu dibantu ekonominya, ikut andil dalam menyebarkan berita hoax yang telah melukai hati Nabi saw. Maka Abu Bakar bersumpah tidak akan membantunya lagi.

"Aku tak akan mau membantu memberinya nafkah lagi", ujar Abu Bakar. Turunlah firman Allah menegur sikap Abu Bakar,

"Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" (QS. An-Nur: 22)

Mendengar ayat tersebut, Abu Bakar berkata, "Demi Allah, sungguh aku suka bila Allah mengampuniku". Kemudian beliau kembali memberi nafkah kepada Misthah yang memang sejak dahulu ia cukupi nafkahnya. Ini adalah sikap pemaaf Abu Bakar yang menjalankan perintah dan peringatan Allah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline