Lihat ke Halaman Asli

Cahyadi Takariawan

TERVERIFIKASI

Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Ketika Seorang Lelaki Datang Melamar Putriku

Diperbarui: 29 Mei 2022   22:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokumen pribadi

Ketika seorang lelaki datang melamar putriku, aku tidak akan sekedar menjawab dengan boleh atau tidak boleh. Bukan jawaban ya atau tidak. Urusan ini, biar dijawab sendiri oleh putriku.

Sebagai ayah, aku harus memastikan yang akan menikahi putriku adalah lelaki salih. Lelaki yang akan memuliakan istrinya. Lelaki yang akan memberikan bimbingan, cinta, kasih sayang, perhatian, pembelaan dan perlindungan kepada istrinya. Lelaki yang mengerti tanggung jawabnya sebagai laki-laki.

Aku harus memastikan bahwa yang datang melamar putriku adalah seorang lelaki yang benar-benar rela menerima putriku, tanpa paksaan dan keterpaksaan. Sebab kami sebagai orang tua, benar-benar rela menerimanya --sebagai anak, tanpa keterpaksaan.

Aku harus memastikan bahwa yang datang melamar putriku adalah seorang lelaki yang benar-benar bersedia mencintai putriku sepenuh hati, tanpa paksaan dan keterpaksaan. Sebab kami sebagai orang tua, benar-benar mencintainya tanpa terpaksa.

Aku harus memastikan bahwa yang datang melamar putriku adalah seorang lelaki yang benar-benar mampu menjaga dan melindunginya. Sebab kami sebagai orang tua, telah bersungguh-sungguh menjaga dan melindungi putri kami selama ini.

Aku harus memastikan bahwa yang datang melamar putriku adalah seorang lelaki yang tidak menyakiti dan melukainya. Sebab kami sebagai orang tua, tidak pernah menyakiti dan melukai di sepanjang kehidupannya.

Aku harus memastikan bahwa yang datang melamar putriku adalah seorang lelaki yang benar-benar akan membimbingnya menuju surga. Sebab kami sebagai orang tua, selalu berharap bisa memasuki surga bersama semua anggota keluarga.

Jika aku merasa yakin dengan itu semua, barulah aku akan rela melepaskan putri kami untuk menjadi istrinya. Sebab saat ijab qabul telah terjadi, berpindahlah tanggung jawab dari kami selaku orang tua, kepada dirinya selaku suami.

Kami tidak akan rela melepas putri kami kepada lelaki yang terpaksa menerimanya, yang terpaksa mencintainya, yang tak bisa menjaga dan melindunginya, yang tak mampu mendidiknya. Kami tidak akan rela melepas putri kami kepada lelaki yang menyakiti dan menyia-nyiakannya.

Bukan soal berapa besaran mahar, karena mahar harus dimudahkan. Namun seberapa besar kesungguhan dalam meminang putri kami.

Yogyakarta, 29 Mei 2022




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline