Lihat ke Halaman Asli

Cahyadi Takariawan

TERVERIFIKASI

Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Toxic Marriage (5), Ketika Pernikahan Serupa Penjara yang Menyiksa

Diperbarui: 22 April 2022   18:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi pernikahan. Sumber: Pexels/Trung Nguyen via Kompas.com

"No one's marriage should be filled with fear. If there is fear, there is a problem" --Syaikh Haytham Tamim, 2019.

Tak ada pernikahan yang tanpa masalah. Semua keluarga, pasti memiliki masalah. Jangan mengatakan bahwa keluarga sakinah adalah keluarga yang tanpa masalah. Jika demikian persepsi kita tentang keluarga sakinah, maka di muka bumi ini tidak ada keluarga sakinah.

"All marriages experience difficulties, challenges and sacrifices but sometimes when people realise that they can't tolerate being married anymore their families pressurise them into staying together when divorce would be the more humane option. Allah Almighty created mankind to have dignity and respect, not to be degraded in any situation including marriage" --Syaikh Haytham Tamim, 2019.

"Semua pernikahan pasti pernah mengalami berbagai kesulitan, tantangan dan pengorbanan," ujar Syaikh Haytham Tamim. "Akan tetapi, terkadang ketika seseorang mulai menyadari bahwa mereka tidak dapat bertahan dalam kehidupan pernikahan, keluarga besar akan menekan mereka untuk tetap bersama dalam rumah tangga", lanjut Syaikh Haytham.

Masalah dalam kehidupan pernakahan, bermacam-macam levelnya. Ada yang level ringan, yang hampir pasti dialami oleh semua keluarga. Masalah ringan yang menjadi bumbu kehidupan, karena hidup pasti akan bertemu masalah. Untuk jenis masalah seperti ini, hendaknya kita mampu bersabar dan bertahan.

Namun ada masalah level berat, yang sampai mengancam nyawa. Sebuah pernikahan yang mirip dengan penjara kolonial, penuh siksaan mengerikan. Bertahan dalam pernikahan yang serupa penjara, bisa membuat depresi berkepanjangan. Menikah menjadi peristiwa traumatik yang menimbulkan tekanan berat dalam kehidupan.

"Ada saat di mana perceraian menjadi pilihan yang lebih manusiawi. Allah menciptakan manusia untuk memiliki martabat dan kehormatan, tidak untuk direndahkan dalam situasi apapun, termasuk dalam pernikahan", sambung Syaikh Haytham. Selanjutnya, beliau mengutip firman Allah:

"Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam..." (QS. Al-Isra' :70).

https://www.focusonthefamily.com/

Dipenjara Pernikahan yang Menyiksa

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline