"Research suggests that when we see ourselves clearly, we are more confident and more creative" (Tasha Eurich, 2018)
.
Abu Hamid Al-Ghazali dalam kitab Kimiya As-Sa'adah menyatakan bahwa mengenal diri (ma'rifatun nafs) adalah kunci untuk mengenal Allah. Beliau mengutip firman Allah:
"Kami akan perlihatkan kepada mereka tanda-tanda kekuasaan Kami di seluruh penjuru dan pada diri mereka sendiri sehingga jelaslah kepada mereka bahwa Al-Qur'an itu benar. Tidakkah cukup bahwa Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu" (Fushilat : 53).
Imam Al-Ghazali juga mengutip riwayat:
"Man 'arafa nafsahu arafa Rabbahu. Barangsiapa mengenal dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya"[i].
Al-Ghazali menganggap, orang-orang yang merasa sudah mengenali dirinya sendiri dengan mengatakan, "Saya mengenal diri saya sendiri. Saya punya tangan, kaki, kepala, perut", mereka belum mengenal dirinya sendiri. Mereka hanya mengerti hal-hal fisik.
Ungkapan orang-orang tersebut, belum bisa menggambarkan apa yang terjadi dalam diri kita ketika kita marah, bemusuhan, berhasrat, menikah, ketika kita lapar kita mencari makan, dan ketika haus kita mencari minum. Menurut Al-Ghazali, jika hanya mengetahui ini saja, kita masih sama dengan hewan yang berada di muka bumi.
Hal ini sejalan dengan hasil studi yang dilakukan oleh Dr. Tasha Eurich. Ia menemukan, 95% orang merasa diri mereka memiliki self-awareness, namun kenyataannya hanya 15% dari mereka yang benar-benar sadar diri.
Urgensi Self Awareness
Ma'rifatun nafs atau self awareness sangat penting bagi kehidupan manusia. Berbagai sifat positif akan bisa dioptimalkan, berbagai sifat negatif akan bisa dihilangkan --apabila mengenal dan menyadari diri sendiri.