Apa yang disebut sebagai normal? Ketika ada bayi yang terlahir tanpa tangan dan hanya memiliki satu kaki, apakah itu tidak normal? Bukankah ayah ibunya ---apalagi dirinya---tidak pernah menghendaki kondisi itu? Ia tidak mengubah apapun ciptaan Allah.
Tentu saja ia normal. Hanya saja, memang berbeda. Namun, kalau berbeda, lalu kenapa? Apakah semua orang harus sama?
Lukisan di atas adalah karya seniman asal Madiun, Agus Yusuf. Anda tidak akan menyangka, bahwa lukisan tersebut dibuat tidak dengan tangan. Ya benar. Dibuat sepenuhnya tidak menggunakan tangan. Lalu dengan apa? Dengan hati. Agus Yusuf melukisi kanvas mengikuti kata hatinya.
Lukisan di atas dibuat dengan menggunakan mulut, untuk dijadikan cover buku sang istri tercinta, Sri Rohmatiah. Judul bukunya unik menggelitik, "Kalau Berbeda, Lalu Kenapa?" Buku ini akan terbit pada bulan Oktober 2020. Anda harus membeli dan memilikinya. Sekarang sedang masa pre-order.
Tanpa Kedua Tangan, Hanya Satu Kaki
Kondisi tubuh saat terlahir, adalah kebuah ketetapan agung yang Allah berikan untuk setiap manusia. Ada yang berkulit putih, ada yang berkulit coklat, ada yang berkulit legam. Ada yang berambut keriting, ada yang berambut lurus, ada yang berwarna pirang, ada pula yang hitam.
Di berbagai belahan dunia, sangat banyak ragam wujud manusia. Semua adalah karunia dan pemberian Allah Sang Maha Pencipta. Termasuk tokoh-tokoh seperti Angkie Yudistia, Nick Vujicic, Hirotada Ototake, Anthony Robles, Tony Melendez, Stevie Wonder, dan lain sebagainya. Mahasuci Allah yang menciptakan manusia dalam berbagai bentuk, dengan sebaik-baik penciptaan.
Adalah Agus Yusuf, ia terlahir hanya dengan satu kaki dan tanpa kedua tangan. Tentu saja kondisi 'berbeda' ini menjadi sesuatu bagi diri dan keluarganya. Terlebih lingkungannya. Namun lelaki kelahiran Madiun 20 Mei 1966 itu memilih untuk mensyukuri karunia Allah dengan berbuat yang terbaik.
Saat masih SD, Agus Yusuf harus tertatih-tatih berjalan sekitar tiga kilometer dengan satu kaki menuju bangku sekolah dasar. Keterbatasan fisik tak membuatnya lemah semangat belajar. Ia justru belajar secara langsung bagaimana harus menghadapi kehidupan nyata, sejak dari kecil.
Lantaran tidak dikaruniai tangan, maka Agus Yusuf harus pandai mengoptimalkan anggota tubuh yang dia miliki. Selain menulis, ia juga belajar melukis dengan menggunakan mulut.
Bahkan Agus berani mengikuti lomba lukis saat duduk di kelas V SDN Sidomulyo II, Madiun. Berturutan Agus mendapatkan juara, sejak lomba tingkat kecamatan hingga tingkat kabupaten.