Lihat ke Halaman Asli

Cahyadi Takariawan

TERVERIFIKASI

Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

The Boiling Frog

Diperbarui: 22 Maret 2020   10:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

picture : http://www.globalcontentstrategy.com/

Apabiila seekor katak ditaruh di dalam bejana berisi air mendidih, katak tersebut akan langsung melompat keluar. Namun apabila katak ditaruh di dalam bejana berisi air dingin yang dipanaskan secara sangat perlahan, katak tersebut tidak mengetahui tengah dalam bahaya. Karena terlena, katak akan mati "suka rela". Ini yang dimaksud fenomena "the boiling frog". Kematian karena keterlenaan dan kesembronoan.

Manusia cenderung cepat berespon menjauh atau menghindar, apabila mengetahui ada bahaya besar atau ekstrem yang langsung dirasakan atau langsung berdampak kepada dirinya. Namun cenderung abai dan tidak berespon cepat, untuk bahaya yang tidak secara ekstrem menimpa dirinya. Perubahan besar yang terjadi secara bertahap atau perlahan, cenderung tidak segera dipahami dan tidak segera direspon.

Coba kita perhatikan. Masih banyak masyarakat kita yang mengabaikan dan menyepelekan himbauan untuk melakukan social distancing. Masih banyak masyarakat kita mengabaikan fatwa MUI, NU, Muhammadiyah dan lembaga Islam lainnya, dalam menyikapi COVID 19. Masih banyak masyarakat kita mengabaikan himbauan pemerintah, pihak berwenang, serta pendapat ahli, dalam menghadapi virus corona saat ini.

Haruskah Indonesia mengalami kejadian buruk seperti China dan Italia? Na'udzu billahi min dzalik. Jangan sampai hal itu terjadi di negeri tercinta ini. Mari kita secepat mungkin merespon fatwa MUI, NU dan Muhammadiyah dalam menghadapi COVID 19 ini. Mari hormati pula saran ahli. Kita lawan corona bersama-sama.

Perbanyak berkegiatan di rumah. Hindari keramaian dan kerumunan. Hindari acara pertemuan. Jaga jarak aman jika terpaksa keluar rumah. Hindari sentuhan fisik langsung dengan orang lain. Sering-sering mencuci tangan dengan sabun, dan lain-lain.

Di atas semuanya, tawakal kepada Allah, berlindung hanya kepada Allah, memohon keselamatan dari Allah. Tidak perlu panik, tidak perlu takut berlebihan menghadapi kasus corona. Sandaran terkuat adalah Allah Ta'ala. Perlindungan paling aman adalah kepada Allah. Selalu berdoa, semakin memperbanyak pendekatan kepadaNya. Mati dan hidup, semua adalah keputusanNya.

Itu semua adalah usaha-usaha manusia yang harus kita lakukan. Jangan terlena seperti katak dalam bejana. Padahal api sudah jelas menyala.

Yogyakarta 21 Maret 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline