John Defrain dan tim (2019) menemukan bahwa keluarga yang kuat (strong family) di semua negara memiliki enam ciri yang sama. Pada budaya manapun keluarga itu, kalau termasuk kategori keluarga kuat, selalu memiliki enam ciri tersebut. Salah satu dari enam ciri keluarga kuat adalah adanya komunikasi positif.
Selain menemukan enam ciri keluarga kuat, Defrain dan tim juga menemukan beberapa prinsip strong family. Salah satu prinsip keluarga kuat, dinyatakan Defrain dengan ungkapan, "Hubungan yang kuat antara pasangan merupakan hal sentral di banyak keluarga".
Inilah makna penting komunikasi positif, yang akan menciptakan kekuatan hubungan antara suami dan istri.
Komunikasi Positif
Komunikasi suami-istri adalah hal teknis namun sangat penting dalam membangun keharmonisan keluarga. Pada kenyataannya, sangat banyak pasangan yang sudah saling berkomunikasi rutin setiap hari tapi tidak selalu memberi dampak penguatan hubungan di antara mereka.
Tak jarang, komunikasi yang mereka lakukan justru berdampak saling menyakiti dan saling melukai. Oleh karena itu, ketika membahas urgensi komunikasi dalam kehidupan suami istri, harus ada keterangan tambahan yang menyertai.
Tidak cukup kita mengatakan, "Suami istri harus memiliki kebiasaan komunikasi setiap hari", karena komunikasi tidak selalu berdampak menguatkan hubungan.
Maka yang harus menjadi nasehat adalah, "Suami istri harus memiliki kebiasaan komunikasi positif setiap hari". Jadi, bukan sekedar komunikasi, namun harus komunikasi yang positif.
Kitab suci Al Quran mengarahkan agar pasangan suami-istri saling berinteraksi dan berkomunikasi dengan positif. Pada perintah "Wa 'asyiruhunna bil ma' ruf" dalam surat An Nisa' ayat ke 19, kata bil ma'ruf dalam ayat ini bermakna baik, patut, dan menyenangkan.
Dengan demikian, perintah mu'asyarah tidaklah sembarang mu'asyarah, namun harus bil ma'ruf. Sebuah interaksi dan komunikasi yang positif antara suami dan istri.
Dari mana kita melihat nilai positif dari komunikasi? Sebuah komunikasi antara suami dan istri dikatakan positif, paling tidak bisa dilihat dari empat sisi berikut.
Pertama, Positif dari sisi Tujuan
Ada suami yang berbicara dengan ketus kepada istri, dengan tujuan untuk mempermalukan sang istri. Ia sengaja melakukan itu supaya sang istri malu.