Lihat ke Halaman Asli

Cahyadi Takariawan

TERVERIFIKASI

Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Mudik Lebaran: Merajut Persaudaraan Usai Pilpres yang Menegangkan

Diperbarui: 29 Mei 2019   12:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi : KalderaNews

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, mudik memiliki makna (berlayar, pergi) ke udik (hulu sungai, pedalaman); juga bermakna pulang ke kampung halaman. Menurut definisi kamus ini, mudik memiliki makna yang sangat umum. 

Namun di Indonesia, istilah mudik sudah menjadi hal yang melekat dengan Ramadhan dan Iedul Fitri, sering disebut sebagai mudik lebaran, yaitu pulang ke kampung halaman asal, untuk merayakan kebahagiaan Iedul Fitri bersama orangtua, saudara, kerabat dan

Aktivitas yang terjadi dalam mudik lebaran ---yang paling utama--- ada tiga, yaitu silaturahim dengan saling mengunjungi, saling maaf memaafkan, dan saling memberi hadiah. Pertanyaannya adalah, adakah tuntunan dalam agama Islam yang menyuruh atau menganjurkan kita melakukan mudik lebaran? 

Adakah tuntunan dalam agama Islam yang menyuruh atau menganjurkan kita untuk saling maaf memaafkan pada saat Iedul Fitri? Adakah tuntunan yang menganjurkan kita utuk memberi hadiah saat lebaran? Ketiga pertanyaan itu, jawabannya adalah : Tidak ada.

Dengan demikian, aktivitas mudik yang dikaitkan dengan Iedul Fithri, murni peristiwa budaya yang berkembang di masyarakat ---khususnya Indonesia, bahkan telah berurat berakar menjadi tradisi turun temurun, dari generasi ke generasi. 

Artinya, mudik lebaran tidak setara dengan ---misalnya--- puasa Ramadhan, shalat Iedul Fithri dan membayar zakat fitrah. Tiga aktivitas yang saya contohkan ini, adalah ibadah mahdhah, yang bersumber dari tuntunan agama. Sedangkan mudik lebaran, adalah budaya masyarakat Islam di Indonesia, sama seperti kegiatan Syawalan dan Halal Bihalal.

Hanya saja, apabila dibingkai dalam ajaran Islam, mudik lebaran kurang lebih dikaitkan terutama dengan tiga tuntunan berikut:

Pertama, menyambung silaturahim

Salah satu ajaran agung dalam Islam adalah menyambung silaturahim. Abdurrahman ibnu 'Auf berkata bahwa dia mendengar Rasulullah Saw bersabda:

"Allah 'azza wa jalla berfirman: Aku adalah Ar Rahman. Aku menciptakan rahim dan Aku mengambilnya dari nama-Ku. Siapa yang menyambungnya, niscaya Aku akan menjaga haknya. Dan siapa yang memutusnya, niscaya Aku akan memutus dirinya." (HR. Ahmad 1/194).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline