Lihat ke Halaman Asli

Cahyadi Takariawan

TERVERIFIKASI

Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Masih Ada Waktu untuk Menyiapkan Pernikahan di Bulan Syawal

Diperbarui: 23 Mei 2019   18:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi pernikahan| Sumber: Kompas.com

Jika kita cermati, banyak masyarakat Indonesia yang melangsungkan pernikahan pada bulan Syawal. Itu sebabnya, bulan Syawal menjadi sangat banyak agenda sosial. Selain undangan untuk menghadiri Syawalan alias Halal Bihalal dari berbagai kalangan, juga undangan pernikahan yang membanjir.

Sebenarnya, mengapa banyak yang menikah di bulan Syawal? Apa alasannya? Adakah keistimewaannya? Tentu ada sangat banyak perspektif untuk menjawab hal ini.

Pertama, Perspektif Tuntunan Agama
Dalam ajaran Islam ---terlebih kalangan madzhab Syafi'i--- memang dikenal anjuran untuk menikah pada bulan Syawal. Dalil dianjurkannya menikah pada bulan Syawal, didapatkan dari keterangan 'Aisyah Ra ---istri Nabi Saw. Beliau menceritakan:

"Rasulullah Saw menikahiku di bulan Syawal, dan membangun rumah tangga denganku pada bulan Syawal pula. Maka istri Rasulullah Saw yang manakah yang lebih beruntung di sisinya dariku?" (Perawi) berkata, "Aisyah Ra dahulu suka menikahkan para wanita di bulan Syawal" (HR. Muslim).

Pada zaman itu, di kalangan masyarakat Arab berkembang anggapan bahwa menikah di bulan Syawal adalah kesialan dan tidak membawa berkah. Bulan Syawal dianggap bulan sial untuk menikah, karena pada waktu itu unta betina mengangkat ekornya (syaalat bidzanabiha). Ini adalah tanda unta betina menolak unta jantan yang mendekat.

Ibnu Katsir menjelaskan, "Rasulullah Saw menikahi 'Aisyah untuk membantah keyakinan yang salah pada sebagian masyarakat yaitu tidak suka menikah di antara dua 'Ied ---yaitu antara 'iedul fitri dan 'iedul Adha, mereka khawatir akan terjadi perceraian. Keyakinan ini tidaklah benar."

Imam An-Nawawi menjelaskan, "Di dalam hadits ini terdapat anjuran untuk menikahkan, menikah, dan membangun rumah tangga pada bulan Syawal. Para ulama kami ---Syafi'iyyah--- telah menegaskan anjuran tersebut dan berdalil dengan hadits ini".

Kedua, Perspektif Budaya
Syawal adalah bulan selepas kaum muslim di seluruh dunia melaksanakan puasa Ramadhan selama sebulan penuh. Suasana spiritual di bulan Syawal sangatlah terasa, apalagi dengan adanya tuntunan puasa sunnah enam hari di dalamnya. 

ilustrasi : sriwijaya post

Secara umum, Syawal adalah bulan kebahagiaan, karena telah berhasil menyelesaikan pembersihan jiwa selama Ramadhan dengan serangkaian aktivitas ibadah yang sangat kental, seperti puasa, tarawih, tadarus, i'tikaf, dan lain sebagainya.

Maka secara budaya, Syawal dianggap sebagai "bulan baik" untuk menikah. Walaupun tidak ada bulan elek atau bulan sial untuk menikah, namun Syawal memiliki konteks yang khas dan unik dibanding bulan lainnya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline