"Apa tanda keluarga anda sudah sakinah?" Untuk menjawab pertanyaan ini, saya sering memberikan gambaran yang sederhana saja, karena tanda sakinah bisa jadi mencakup sangat banyak indikator.
Saya mengambil tanda yang mudah dikenali oleh setiap manusia, yaitu perasaan. Jika pasangan suami istri telah mendapatkan dua perasaan positif ini dalam kehidupan sehari-hari, maka pertanda keluarga mereka sakinah.
Dua perasaan positif suami dan istri itu adalah : senang dan tenang. Ya benar, munculnya perasaan senang dan tenang. Namun, perasaan ini muncul kapan dan seperti apa kondisinya? Ini yang membedakan keluarga dakinah dengan keluarga yang tidak sakinah.
Pertama, Perasaan Senang
Berpasangan secara halal melalui pernikahan, akan melahirkan perasaan senang. Lelaki dan perempuan bisa mengekspresikan kesenangan secara halal.
Mereka bisa bercumbu rayu, bermesraan, bercanda, berkegiatan romantis, bersama pasangan tercinta. Tentu saja ini semua akan terasa menyenangkan bagi suami dan istri. Bukan saja bisa menyalurkan fitrah dan hasrat, bahkan itu semua dihitung sebagai pahala di sisi Allah.
Perasaan senang muncul pada suami dan istri ketika mereka sedang bersama pasangan. Jika sedang berkumpul bersama pasangan, hati merasa senang. Perasaan senang juga muncul ketika mereka tengah berkegiatan bersama.
Perasaan senang juga muncul saat mereka bisa melewati hari-hari dalam kebersamaan. Saling menguatkan, saling mengisi, saling memberi, saling menjaga, saling menasehati, saling menyayangi, saling mengasihi, saling membantu, saling memaafkan, saling mendoakan. Inilah hal yang menimbulkan rasa senang, dan menjadi pertanda keluarga berada dalam keadaan sakinah.
"Aku sangat bahagia bersamamu," demikian ungkapan hati saat mereka bisa bersama. "Aku selalu mengharapkan suasana bersama seperti ini", merupakan suasana hati yang positif saat bersama pasangan. Kebersamaan adalah hal yang menyenangkan bagi kedua belah pihak, karena dengan demikian semua bentuk kesenangan halal bisa mereka ekspresikan secara optimal.
Namun menjadi masalah apabila rasa senang hadir pada kondisi yang tidak sepatutnya. Ketika perasaan senang muncul pada saat melakukan maksiat, ini pertanda hati telah mati. Telah membeku.
Ketika perasaan senang muncul saat bersama selingkuhan, ini menandakan keluarga diambang kehancuran. Ketika perasaan senang justru muncul saat bisa menipu dan mengelabui pasangan, pertanda keluarga telah dilanda petaka. Demikian pula ketika justru senang melihat pasangan susah, dan susah saat melihat pasangan senang, ini pertanda tidak sakinah.
Kedua, Perasaan Tenang
Menikah akan membawa ketenangan hati. Manusia selalu memerlukan pasangan dalam kehidupannya, sebagai fitrah penciptaan dariNya. Maka menikah membuat laki-laki dan perempuan merasakan ketenangan, yang tidak akan dirasakan oleh mereka yang tidak menkah.