Lihat ke Halaman Asli

Cahyadi Takariawan

TERVERIFIKASI

Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Membangun Keluarga Tanpa Stres Itu Bisa!

Diperbarui: 1 September 2016   02:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Gambar: www.123rf.com

“Suami saya sangat miskin. Hidup selalu dalam kekurangan. Wajahnya berantakan. Sudah begitu tidak ada romantisnya sama sekali. Saya bisa gila hidup bersama orang seperti itu”, ujar seorang istri.

“Suami saya berwajah ganteng. Secara ekonomi tergolong mapan dan berkecukupan. Sikapnya sangat romantis. Namun justru itulah yang membuat saya selalu stres. Romantisnya bukan hanya untuk saya. Jadi, banyak wanita mengaguminya, dimana-mana ada fans-nya”, ujar seorang istri.

“Istri saya terlalu dominan. Semua ingin dikuasai. Saya tidak memiliki kebebasan sama sekali. Dia selalu ikut campur dalam semua urusan saya. Rasanya lama-lama bisa meledak kepala saya menghadapi perangai istri”, ujar seorang suami.

“Istri saya orangnya sangat pasif. Tidak memiliki inisiatif. Apa-apa selalu menunggu arahan saya. Tidak bisa mengambil keputusan sendiri. Capek saya menghadapi istri yang sangat tergantung seperti itu”, ujar seorang suami.

Mengapa Anda Stres?

Sumber Gambar: www.pinterest.com

Banyak orang tidak bisa bahagia dalam hidup berumah tangga, karena memiliki ekspektasi yang terlalu tinggi, tidak sesuai dengan realitas yang dihadapi. Mereka tidak bisa berdamai dengan masalah dan kondisi tidak ideal. Dampaknya, kekecewaan, kekhawatiran, kecemasan, kegelisahan selalu melanda dirinya setiap hari.

Punya suami berwajah jelek, stres. Punya suami terlalu ganteng, juga stres. Punya suami miskin, stres. Punya suami mapan dan kaya, juga stres. Punya suami tidak romantis, kecewa. Punya suami terlalu romantis, selalu khawatir. Punya istri dominan, stres. Punya istri tidak punya inisiatif, juga stres. Sekan hidup tidak ada yang benar. Orang-orang semacam ini menghabiskan waktu dalam kegelisahan, kekecewaan, kemurungan dan kekhawatiran berlebihan. Melihat orang lain seakan-akan lebih bahagia daripada dirinya.

“Kamu itu beruntung, walaupun suami kamu wajahnya pas-pasan, tapi orangnya sangat perhatian. Suamiku itu memang ganteng, tapi sikapnya sering menyakitkan”.

“Bersyukur banget orang seperti kamu. Meskipun suami kamu miskin, tapi setia. Suamiku kaya, tapi selingkuhanya ada dimana-mana”.

Demikian itu ungkapan orang-orang yang selalu melihat masalah dalam dirinya, dan melihat kebahagiaan ada pada orang lainnya. Mereka cemas dengan masalah yang dialami, seakan-akan orang lain tidak memiliki masalah. Melihat diri sendiri dan pasangan selalu dalam perspektif yang negatif dan pesimistis. Tidak bisa keluar dari jebakan persoalan kehidupan.

Hal yang harus selalu diingat oleh pasangan suami istri adalah realitas bahwa hidup ini tidak pernah bisa memberi kepastian. Yang pasti di dunia ini adalah ketidakpastian itu sendiri. Oleh karena itu, semestinya kita semua bisa berdamai dengan berbagai situasi ketidakpastian dalam kehidupan. Suami baik dan setia itu sekarang, besok anda tidak tahu. Suami lembut dan penyayang itu sekarang, besok anda tidak tahu. Istri solihah itu sekarang, besok anda tidak tahu. Istri penurut dan penyayang itu sekarang, besok bisa berbeda lagi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline