Lihat ke Halaman Asli

Cahyadi Takariawan

TERVERIFIKASI

Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

MENJADI MANUSIA CERDAS SETELAH RAMADHAN

Diperbarui: 22 Mei 2020   17:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

www.wallpapertube,com

Allahu akbar, allahu akbar, allahu akbar, walillahil hamdu.

Jama’ah shalat Iedul Fithri yang dirahmati Allah,

Pada pagi hari ini, marilah tak putus-putusnya kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah Ta’ala, yang telah memberikan nikmat iman dan Islam, memberikan kemampuan dan kekuatan kepada kita hingga bisa menuntaskan rangtkaian ibadah Ramadhan selama sebulan. Semoga seluruh kegiatan ibadah kita selama bulan Ramadhan –sahur kita, puasa kita, berbuka kita, shalat kita, tarawih kita, tilawah kita, doa, dzikir, taubat, infaq, silaturahim, zakat dan semua bentuk amal salih lainnya— diterima dan mendapat pahala melimpah serta keberkahan di sisi Allah.

Semoga Ramadhan kita kali ini mampu memberikan peningkatan taqwa kepada Allah, sebagaimana tujuan puasa itu sendiri, la’allakum tattaqun. Allah mewajibkan kita semua berpuasa sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kita agar kita bertaqwa. Taqwa artinya takut kepada Allah. Taqwa artinya taat, patuh, tunduk, dan mengikuti perintah serta meninggalkan larangan Allah. Taqwa artinya selalu menjaga hak Allah. Taqwa artinya berhati-hati dalam menjalani kehidupan agar selalu berada di jalan Allah.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi akhir zaman, Muhammad Saw, beserta para keluarga, sahabat dan pengikutnya semua yang setia hingga akhir zaman.

Allahu akbar, allahu akbar, allahu akbar, walillahil hamdu.

Jama’ah shalat Iedul Fithri yang dirahmati Allah,

Alkisah, pada suatu hari, seorang musafir tengah melintas di sebuah perkampungan yang terpencil dan jauh dari keramaian kota. Ketika memasuki kampung asing tersebut, sang musafir menjumpai warga tengah berkumpul di sebuah tanah lapang. Rupanya mereka tengah mengadakan musyawarah adat, untuk memilih seseorang yang akan dijadikan Kepala Kampung.

Namun anehnya, seluruh warga, baik laki-laki maupun perempuan, tua maupun muda, tidak ada yang bersedia menjadi Kepala Kampung, pemimpin tertinggi di kampung tersebut. Mereka saling menunjuk, namun semua yang ditunjuk selalu menolak. Hingga akhirnya mereka gagal mendapatkan Kepala Kampung. Tentu saja ini tidak lazim. Biasanya orang-orang justru berebut untuk menduduki posisi pemimpin tertinggi, bahkan rela mengeluarkan uang yang banyak demi mendapatkan posisi penting tersebut. Namun tidak demikian sikap warga kampung asing itu.

Terdorong rasa penasaran dan ingin tahu, sang musafir bertanya kepada salah seorang warga sebab apa mereka tidak ada yang bersedia menjadi kepala kampung. Rupanya, ada peraturan kampung yang sangat menakutkan bagi seluruh warganya. Peraturan itu menyatakan, bahwa siapapun yang menjadi Kepala Kampung, tatkala sudah selesai menjabat selama sepuluh tahun, akan langsung diasingkan ke sebuah lahan gersang nan jauh dan terpencil. Tempat pengasingan ini sangat mengerikan, karena berisi binatang buas serta berbisa yang sangat cepat mematikan manusia.

Selama ini, tidak ada satupun mantan Kepala Kampung yang bisa selamat tinggal di tempat pengasingan tersebut. Mereka semua binasa dengan kondisi tubuh yang mengerikan. Tersayat-sayat, tercabik-cabik, dan hangus oleh bisa serta gigitan dan cakaran binatang buas. Melihat kondisi tempat pengasingan dan kisah sedih seluruh mantan Kepala Kampung itu, tidak ada lagi warga yang bersedia menjadi Kepala Kampung, walau digaji sangat tinggi dan mendapatkan fasilitas sangat mewah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline