Lihat ke Halaman Asli

Cahyadi Takariawan

TERVERIFIKASI

Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Jangan Panik Saat Anak Anda Berperilaku Atraktif

Diperbarui: 10 Mei 2016   10:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi : mentalhealthrehab.com

Anak balita Anda mudah menangis, emosional dan cenderung sulit dikendalikan? Anak Anda senang bertingkah atraktif? Jangan panik. Sebagai orang tua bersikaplah tenang, dan jangan terprovokasi oleh kondisi anak yang menunjukkan sikap emosional. Kadang dijumpai orang tua yang cepat memberi perhatian terhadap anak yang menangis meraung, atau berteriak-teriak, berguling-guling, atau melakukan tindakan atraktif lainnya. Apalagi ketika hal itu dilakukan anak di tempat umum atau dilihat oleh banyak orang.

Dalam situasi kepanikan, orang tua biasanya segera datang, menghampiri anak dan memberikan perhatian berlebih. Bahkan tidak jarang dijumpai, orang tua segera memberikan apa yang menjadi keinginan anak. Jika ia menangis keras karena ingin mainan, dengan cepat orang tua segera memberikan mainan, agar anak segera diam dan tenang. Jika anak menghendaki makanan kesukaannya, orang tua segera membelikan makanan agar si anak segera diam. Hal ini pernah saya posting sebelumnya di Kompasiana.

Rentetan peristiwa dan kebiasaan seperti ini membuat anak memiliki rumus, “Jika ingin mendapatkan sesuatu dengan mudah, tunjukkan perilaku negatif dan atraktif”. Maka tindakan praktis orang tua yang segera memberikan keinginan anak semata-mata agar anak cepat tenang dan diam, membuat anak semakin sering menunjukkan perilaku negatif dan atraktif. Anak cenderung semakin sulit diatur dan dikendalikan orang tua, bahkan memiliki senjata untuk mengancam orang tua jika ia memiliki keinginan.

Jacob Azerrad dan Paul Chance, dua psikolog anak, menulis artikel berjudul “Why Our Kids Are Out of Control: Focusing on Good Behavior Decreases the Instance of Misbehavior” di portal Psychology Today menyatakan, selama ini orang tua lebih memperhatikan sikap buruk anak ketimbang perilaku baiknya. Jacob dan Paul mengutip penemuan Glenn Latham, Ed.D, seorang konsultan pendidikan, yang mengungkapkan data bahwa orang dewasa cuek pada 90% sikap baik anak-anak. Mereka justru lebih memperhatikan anak-anak saat bertingkah laku yang tidak baik.

Sebagian orang tua memiliki prinsip, ketika anak bertingkah laku negatif, orang tua memberikan perhatian dengan mengajak anak melakukan tindakan yang lain. Tujuannya agar anak tidak fokus kepada sebab yang membuatnya berperilaku negatif. Namun menurut Jacob dan Paul, membuat anak tertarik pada hal lain seperti ini justru semakin membuat mereka berperilaku agresif. Jacob dan Paul mengingatkan, perbuatan mengalihkan perhatian ke hal lain di saat anak melakukan hal negatif bukanlah tindakan yang tepat.

Pada prinsipnya Jacob dan Paul menyarankan agar orang tua lebih fokus memberikan perhatian kepada anak justru di saat mereka berperilaku baik. Dengan konsisten melakukan tindakan seperti ini, anak akan dibuat percaya bahwa mereka akan mendapatkan perhatian yang diinginkan justru apabila berperilaku akomodatif. Mereka juga dibuat mengerti bahwa tindakan agresif, atraktif dan negatif tidak membuat mereka mendapat perhatian.

Melatih Anak Berperilaku Positif

Memang sulit untuk melakukan tindakan yang tepat pada anak saat mereka menunjukkan sikap tidak baik. Orang tua perlu membiasakan diri untuk bersikap tenang di saat anak-anak menunjukkan sikap atraktif yang bermaksud untuk meminta perhatian. Jangan memberikan perhatian di saat anak melakukan tindakan atraktif. Sebaliknya, orang tua harus belajar konsisten untuk memberikan perhatian ketika anak berperilaku positif dan akomodatif.

Ada beberapa kebiasaan dan tindakan yang perlu dilakukan orang tua untuk mengatasi anak yang sulit dikontrol, di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Berikan perhatian terhadap anak saat ia menunjukkan sikap positif
Prinsip ini sangat penting untuk menjadi cara pandang orang tua terhadap anak. Karena Anda ingin anak Anda bersikap positif dan akomodatif, maka berikan perhatian justru ketika anak menunjukkan sikap-sikap yang baik dan manis. Sikap baik yang dimaksud, misalnya ketika anak mudah menurut, tertib, bersikap tenang, cepat mengatasi rasa kecewa, tidak mengambek, akomodatif dan menunjukkan ketertarikan untuk belajar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline