Lihat ke Halaman Asli

Cahyadi Takariawan

TERVERIFIKASI

Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Pasangan Setia: "Atut Runtut Pindha Mimi dan Mintuna"

Diperbarui: 13 April 2016   01:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="ilustrasi: weheartit.com"][/caption]Jika kita menghadiri resepsi pernikahan dalam tradisi Jawa, biasanya akan diperdengarkan “Bawa Setya Tuhu” yang dilanjutkan dengan tembang Setya Tuhu. Bawa ini dilantunkan kembali dengan apik oleh Manthous dan sering menghiasi acara-acara resepsi pernikahan sampai dengan hari ini. Tembang itu merupakan simbol dari harapan semua pihak yang hadir dalam resepsi tersebut, terhadap sepasang pengantin yang sedang merayakan kebahagiaan pada hari itu. Sebuah harapan agar pengantin bisa hidup rukun dan saling mencintai dalam menjalani bahtera rumah tangga.

Kehidupan sepasang suami istri yang setia, bahagia, rukun, tentram, damai dan sejahtera, sering dikiaskan sebagai “Mimi dan Mintuna”. Orang Jawa sejak zaman dulu menjadikan Mimi dan Mintuna sebagai legenda untuk menggambarkan kesetiaan pasangan suami istri. Mereka hidup dalam kebahagiaan dan keharmonisan karena suami dan istri selalu setia, selalu bersama dalam suka dan duka. Tidak ada yang bisa memisahkan mereka kecuali kematian. Gambaran indah tentang keluarga yang harmonis, bahagia, sakinah mwaddah wa rahmah.

Masyarakat Jawa –terutama yang berusia tua dan tinggal di desa—sangat hafal dan menghayati “Bawa Setya Tuhu” berikut ini:

Setya Tuhu

...........

Pamintaku, Nimas sida asih

Atut runtut tansah reruntungan

Ing sarina sawengine

Datan ginggang sarambut

Lamun adoh caketing ati

Yen cedhak tansah mulat

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline