[caption caption="kedai kopi menoreh pak rohmat"][/caption]Anda pernah membaca serial Api di Bukit Menoreh (ABM) karya SH. Mintardja? Bagi warga Yogyakarta, kisah ABM itu demikian terkenal dan melegenda. Kisah itu pula yang membuat perbukitan Menoreh menjadi terkenal.
Selasa (19 Januari 2016) siang saya bersama 22 sahabat dari komunitas Balai Budaya Gambiran (BBG) Yogyakarta mengadakan ekspedisi yang kami beri judul NGOPI DI BUKIT MENOREH. Perjalanan itu sendiri merupakan bagian dari program budaya BBG. Kami membiasakan untuk berinteraksi dengan kehidupan masyarakat desa untuk lebih mengenal dan memahami budaya mereka.
Kunjungan kali ini ke sebuah Kedai Kopi yang cukup jauh dari pusat kota Jogja. Namanya Kedai Kopi Menoreh (KKM) Pak Rohmat yang berlokasi di kampung Madugondo, Sidoharjo, Samigaluh, Kulonprogo, DI Yogyakarta. Perjalanan sekitar satu jam dari kota Jogja tidak membosankan karena melewati pemandangan alam yang indah. Keluar kota Jogja kita disambut pemandangan sawah, kebun, perkampungan penduduk dan perbukitan hijau.
Dengan menggunakan tiga mobil, kami tiba di Kedai Kopi Menoreh Pak Rohmat menjelang Duhur. Kedai sederhana ini terletak di pelosok kampung yang tampak sangat alami, di atas perbukitan Menoreh. Halaman KKM cukup sempit sehingga tiga mobil kami harus bergantian masuk untuk mencari posisi parkir.
"Sugeng rawuh Pak", sambut Pak Rohmat hangat dan menjabat tangan kami satu per satu.
Ia selalu menyambut semua tamunya, dan benar-benar diperlakukan sebagai tamu. Bukan sekedar sebagai pembeli atau pecinta kuliner. Pak Rohmat mengantar kami ke kebun belakang rumah. Di sana ada sebuah gazebo sederhana dari bambu. Cukup untuk menampung kami 23 orang.
Gazebo ini terletak di tengah perkebunan milik Pak Rohmat. Di sisi sebelah timur gazebo tampak jurang yang dipenuhi pepohonan rindang. Di seberang sana tampak perbukitan yang juga dipenuhi pepohonan. Benar-benar suasana asri alami. Udara terasa segar karena rindangnya pepohonan dan tingginya lokasi kedai di perbukitan Menoreh. Rasa lelah perjalanan dari kota Jogja segera hilang berganti kesegaran.
[caption caption="kedai kopi menoreh Pak Rohmat"]
[/caption]Layaknya tamu di kampung, Pak Rohmat mempersilakan kami duduk dan menanyakan kabar. Setelah cukup berbasa-basi, kami segera memesan kopi. Beberapa orang di antara kami yang tidak suka kopi memesan 'teh sangit' racikan khas KKM.
Tak lama kopi dihidangkan. Setiap gelas kopi diletakkan di atas nampan kayu yang dirancang sendiri oleh Pak Rohmat. Dalam setiap nampan berisi satu gelas kopi hitam, disertai aneka makanan kampung. Ini satu paket, sehingga setiap tamu mendapatkan satu paket nampan. Makanan ringan yang disajikan berupa kacang godog, tempe mendoan, bakwan dan geblek khas Kulonprogo lengkap dengan cocolannya. Pak Rohmat menceritakan, kita bisa memesan menu lain sehari sebelumnya agar bisa disiapkan.
Tidak sabar kami segera mencicipi kopi hitam panas yang sudah terhidang. Waw, segar dan mantap kopinya. Kopi hitam disajikan asli tanpa tambahan pemanis. Bagi yang ingin menambahkan gula, disediakan gula aren padat, gula pasir serta gula aren cair. KKM menyediakan dua jenis kopi yaitu arabika dan robusta. Keduanya dipetik dan diolah dari kebun Pak Rohmat sendiri.
Pak Rohmat adalah lelaki kampung yang sangat ramah dan bersahaja. Usianya sekarang sudah 52 tahun tapi masih tampak muda, gagah dan segar. Ia mulai usaha berjualan kopi sejak tahun 2010, saat masih menjadi buruh bangunan. Ia menawarkan kopi racikannya ke teman-teman sesama buruh bangunan, dan ternyata banyak yang suka. Akhirnya kopi racikan Pak Rohmat dikenal lebih luas dan mulai dipesan berbagai kafe serta hotel di Yogyakarta. KKM baru mulai beroperasi satu tahun yang lalu, setelah mendapat saran dan masukan dari berbagai pihak.