Lihat ke Halaman Asli

Cahyadi Takariawan

TERVERIFIKASI

Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Orang Tua Penuh Cinta, seperti Apa?

Diperbarui: 17 Juni 2015   08:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1428624709990141070

[caption id="attachment_409061" align="aligncenter" width="570" caption="ilustrasi : www.huffingtonpost.com"][/caption]

Alkisah. Di sebuah kampung nan jauh dari kota, seorang ayah termenung sedih, memikirkan anak lelakinya yang sudah lama pergi meninggalkan rumah tanpa pamit. Sang ayah merasa menyesal setelah anaknya kabur dari rumah. Ia merasa selama ini terlalu sering berlaku kasar dan memperlakukan anak lelakinya secara tidak baik. Ia berpikir keras bagaimana cara menemukan kembali anaknya dan mengajak pulang ke rumah.

Ia menemukan akal. Ia pergi ke kota untuk memasang pengumuman dengan selembar kertas di depan GameStation di pusat kota, tempat dulu anaknya sering berkumpul dengan teman-temannya untuk bermain aneka game.

“Budi, pulanglah Nak. Ayah dan ibu merindukanmu. Ayah dan ibu sudah memaafkan semua kesalahanmu, maka pulanglah. Datanglah ke halte depan GameStation ini, hari Sabtu pukul 10.00 pagi. Ayah dan ibu akan menjemputmu. Salam sayang, Ayah dan Ibumu di Kampung.”

Pada hari, tanggal dan jam yang sudah dituliskan di pengumuman, ayah dan ibu datang ke halte depan GameStation. Betapa terkejutnya mereka berdua, karena di halte telah berkumpul 150 anak lelaki bernama Budi yang ingin pulang ke rumah masing-masing dan ingin mendapat kasih sayang orang tuanya.

Menjadi Orang Tua Penuh Cinta

Kisah fiktif di atas sudah sering diceritakan dalam berbagai forum. Kisah sedih tentang anak-anak yang tidak mendapatkan cinta, perhatian serta kasih sayang dari orang tua mereka. Anak-anak yang memilih asyik bermain dengan komputer atau gadget, anak-anak yang memilih kabur dari rumah, anak-anak yang memilih berteman dengan kehidupan jalanan, karena merasa tidak betah di rumah.

Di rumah, mereka tidak menemukan figur yang mereka inginkan. Yang ada adalah seorang ayah yang super sibuk dan ibu yang kelelahan serta uring-uringan di rumah. Yang ada adalah bentakan, hardikan, pukulan, dan kemarahan. Yang ada adalah celaan dan ejekan. Akhirnya mereka tidak betah di rumah dan memilih kabur untuk hidup bebas di jalanan. Namun sesungguhnya mereka rindu ingin pulang.

Mereka merindukan ayah yang memiliki waktu luang untuk menemani mereka bermain dan belajar. Ayah yang tidak pernah membentak-bentak dan menghardik. Ayah yang lembut dan penuh perhatian. Ayah yang penuh kasih sayang. Mereka merindukan ibu yang sabar membersamai aktivitas saat di rumah. Ibu yang tidak pernah marah-marah dan memaki. Ibu yang penuh kasih sayang dan kelembutan. Ibu yang penuh pengertian.

Mereka merindukan orang tua yang penuh cinta. Orang tua yang membimbing dan memahami mereka dengan penuh cinta. Berikan itu semua untuk anak-anak anda, sebelum mereka kecewa dan memilih kabur meninggalkan rumah anda.

[caption id="attachment_409065" align="aligncenter" width="620" caption="ilustrasi : www.essentialbaby.com.au"]

14286247761887893403

[/caption]

Bentuk Cinta dan Kasih Sayang Orang Tua

Sangat banyak bentuk cinta dan kasih sayang orang tua kepada anak-anaknya. Sayangnya banyak yang terjebak hanya dalam pemenuhan kebutuhan material semata-mata. Misalnya membelikan hadiah smartphone bermerek yang harganya mahal untuk anak-anak, mengajak jalan-jalan ke Disney Land atau Lego Land, membelikan motor atau mobil, dan lain sebagainya. Padahal anak tidak hanya memerlukan pemenuhan kebutuhan material saja. Mereka memiliki kebutuhan yang utuh karena mereka adalah manusia yang utuh kejiwaannya.

Di antara bentuk cinta orang tua kepada anak-anak adalah:

1.Dengan Mendidik, Membimbing dan Mengarahkan

Salah satu bentuk kasih sayang orang tua terhadap anak-anak adalah mendidik dengan pendidikan terbaik, membimbing serta mengarahkan mereka menuju jalan kebenaran dan kebaikan. Mencetak anak-anak menjadi generasi beriman, bertakwa, berkualitas yang akan menjadi penerus pembangunan bangsa dan negara. Mendidik dilakukan sejak di dalam rumah, bukan saja dititipkan ke sekolah dan madrasah. Orang tua harus membimbing dan mengarahkan anak-anak menuju surga.

Pendidikan seperti apa yang sudah kita berikan kepada anak-anak selama di rumah? Bimbingan dan pengarahan seperti apa yang sudah kita berikan kepada anak-anak untuk kesuksesan masa depan mereka? Teladan seperti apa yang sudah kita berikan kepada anak-anak? Hendaknya orang tua selalu berusaha memberikan pendidikan, bimbingan, pengarahan yang terbaik untuk anak-anak.

2.Dengan Doa dan Pengharapan

Orang tua yang penuh kasih sayang akan selalu mendoakan anak-anaknya. Ayah dan ibu harus memiliki pengharapan dan optimisme akan masa depan anak yang penuh kejayaan dan kebahagiaan. Tidak putus-putus orang tua selalu berdoa dan berharap untuk kesuksesan anak-anak di dunia maupun di akhirat kelak. Orang tua tidak akan merelakan anak-anak hidup dalam kesulitan, maka mereka selalu memanjatkan doa permohonan kepada Allah untuk anak-anak.

Pada setiap usai shalat lima waktu, tidak lupa ayah dan ibu mendoakan anak-anak agar menjadi salih dan salihah. Pada saat bangun untuk shalat malam, ayah dan ibu mendoakan setiap anak dan menyebut namanya dalam doa. Apalagi di saat menunaikan ibadah haji atau umrah, ayah dan ibu mendoakan secara khusus semua anak-anaknya untuk kebaikan mereka.

3.Dengan Kata-kata Positif

Orang tua harus sadar bahwa kata-kata adalah doa. Oleh karena itu harus selalu memberikan kata-kata yang positif dan konstruktif saat berkomunikasi dengan anak-anak. Jangan sampai mengeluarkan kata-kata caci maki dan sampah, yang akan berdampak melecehkan dan merendahkan martabat anak-anak. Berikan optimisme dan semangat dengan kata-kata positif penuh inspirasi. Jangan pernah memberikan kata-kata negatif dan intimidatif terhadap mereka karena akan menyakiti hati dan membuat lemah semangatnya.

Kata-kata memiliki kekuatan yang luar biasa besarnya. Kata-kata membentuk persepsi dan motivasi. Kata-kata membentuk pemahaman dan melahirkan perbuatan. Kata-kata juga bisa melemahkan dan mematikan. Maka ayah dan ibu harus selalu mengontrol kata-kata agar hanya memberikan kata-kata positif untuk anak-anak. Jika berada dalam situasi emosi atau marah, lebih baik diam, jika tidak bisa mengontrol kata-katanya.

4.Dengan Alokasi Waktu dan Perhatian

Sesibuk apa pun orang tua harus tetap memberikan alokasi waktu dan perhatian untuk akan-anak. Jangan sampai anak-anak merasa menjadi yatim padahal mereka punya dua orang tua yang lengkap. Saat di rumah, ayah dan ibu harus membersamai anak-anak, mengobrol, berbincang, bercerita, berdiskusi, bermain, bercanda, belajar dengan anak-anak. Jangan hanya menjadi ‘orang tua’ yang memerintah dan melarang, namun harus menjadi sahabat yang mengerti dan memahami.

Jika ayah dan ibu memiliki kesibukan kantoran yang menyita waktu dan perhatian setiap hari, harus tetap menyiasati kesibukan itu untuk memberikan perhatian terhadap anak-anak. Misalnya menyempatkan diri untuk tetap berkomunikasi dengan anak-anak melalui teknologi setiap hari. Di saat libur, bisa menyempatkan waktu khusus bersama anak-anak untuk bercengkerama. Bukan saja jalan-jalan dan belanja, namun lebih penting lagi adalah mengobrol bersama anak-anak.

5.Dengan Sentuhan Fisik

Di antara bentuk cinta orang tua adalah dengan sentuhan fisik. Pelukan, ciuman lembut di kening anak, mengelus kepala, merangkul pundak, atau berjabat tangan dengan anak, merupakan bentuk cinta yang sangat mudah dirasakan oleh anak-anak. Sebaliknya, pukulan, tamparan, tendangan dari orang tua, akan mudah dirasakan sebagai kebencian yang akan dihadapi oleh anak dengan kebencian pula. Sentuhan fisik yang lembut setiap hari, akan membuat anak merasa nyaman dan diterima. Ini akan memberikan suasana kondusif bagi mereka untuk berkembang dalam kebaikan.

Jika anak-anak terbiasa berada dalam tekanan kekerasan fisik, akan memunculkan trauma dan pemberontakan terhadap orang tua. Mereka akan bersikap memusuhi orang tua sehingga tidak jarang lebih memilih pergi meninggalkan rumah untuk hidup bebas di jalan bersama teman-teman yang senasib seperti mereka. Maka berikan hanya sentuhan kelembutan yang dilakukan dengan penuh cinta dan kasih sayang. Ini menjadi bekal spiritual yang luar biasa besarnya bagi kebaikan anak-anak hingga mereka dewasa kelak.

[caption id="attachment_409068" align="aligncenter" width="281" caption="ilustrasi : www.muslimmatters.org"]

1428624871379064618

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline