Lihat ke Halaman Asli

Cahyadi Takariawan

TERVERIFIKASI

Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Kunci Kebahagiaan Pernikahan

Diperbarui: 25 Juni 2015   22:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_154245" align="alignright" width="291" caption="gambar pinjam Google"][/caption]

Pada awal kehidupan setelah pernikahan, banyak pasangan suami isteri yang mengalami kekagetan atas realitas perbedaan-perbedaan di antara mereka. Kendati sebelum menikah mereka sudah saling mengenal satu dengan yang lain, namun ada banyak “ketersingkapan” setelah memasuki dunia rumah tangga. Hal-hal yang dulu tidak muncul dan tidak diketahui, sekarang hadir apa adanya. Tidak ada yang bisa ditutupi.

Apakah suami dan isteri harus berada dalam suasana yang sama? Apakah perbedaan yang ada di antara mereka menghalangi untuk hidup bahagia? Apakah perbedaan harus dihilangkan karena mereka sudah berumah tangga? Jawaban semua pertanyaan itu adalah : Tidak ! Karena di antara kunci kebahagiaan pernikahan  adalah upaya saling melengkapi antara suami dan isteri, serta  selalu berusaha untuk mengenali pasangan setiap hari, setiap kesempatan.

Saling Melengkapi

Sesungguhnya perbedaan adalah rahmat Tuhan yang harus disyukuri. Sampai kapanpun, suami dan isteri akan selalu memiliki perbedaan. Karena mereka lahir dan tumbuh dari latar belakang keluarga dan budaya yang berbeda. Karena mereka dua makhluk yang tidak sama, meskipun memiliki nilai kemanusiaan yang sama di hadapan Tuhan.

Jangankan suami dan isteri yang jelas-jelas lahir dari dua keluarga yang berbeda, sedangkan dua orang anak yang lahir dari bapak dan ibu yang sama saja, pasti memiliki perbedaan. Dua anak ini lahir dari rahim ibu yang sama, bapak mereka sama. Dibesarkan di satu rumah yang sama, mendapatkan perlakuan yang relatif sama, belajar di sekolahan yang sama, teman pergaulan dan lingkungannya relatif sama. Namun ternyata setelah dewasa mereka berdua menjadi dua orang yang berbeda.

Maka jangan berpikir mencari-cari titik perbedaan antara suami dan isteri, karena sudah pasti akan banyak ditemukan. Berpikirlah untuk menemukan berbagai kesamaan, dan berusahalah untuk saling melengkapi dalam perbedaan. Sangat indah hidup ini kalau kita selalu berpikir positif tentang realitas-realitas kehidupan yang kita alami setiap hari.

Tidak perlu menunggu sempurna untuk bisa bahagia. Tidak perlu “menjadi sama” dalam segala sesuatu untuk bisa kompak dalam kehidupan rumah tangga. Karena senyatanya, tidak ada manusia yang sempurna. Suami anda hanyalah lelaki biasa, yang sangat banyak kekurangan dan kelemahan. Maka Tuhan menciptakan perempuan untuk mendampingi dan mengisi kekurangannya. Dan perempuan itu adalah anda, isterinya.

Isteri anda hanyalah perempuan biasa, sangat banyak kekurangan dan kelemahannya. Maka Tuhan ciptakan lelaki untuk mendampingi dan menyempurnakan kekurangannya. Dan lelaki itu adalah anda, suaminya. Senyatanya lelaki dan perempuan telah diciptakan secara berbeda, justru disitulah nikmatnya berkeluarga. Maka jangan berpikir suami anda akan menjadi diri anda, dan jangan berharap isteri anda akan menjadi sama seperti anda.

Jangan Berhenti Mengenali

Senyatanya, pernikahan adalah proses mengenali dan memahami secara terus-menerus antara suami dan isteri, dan juga anak-anak. Bahkan dalam setiap pertambahan usia bilogis suami dan isteri, serta pertambahan usia pernikahan, proses mengenali itu harus terus menerus terjadi. Semua dari kita tumbuh dan berkembang, corak interaksi dan komunikasi juga mengalami perkembangan.

Kehidupan rumah tangga itu sering sekali menghadapi persoalan yang berulang, disamping adanya persoalan baru yang ditemukan di sepanjang perjalanan hidup. Keluarga kita berpindah dari satu masalah ke masalah lainnya, kadang bertemu masalah yang sama dan berulang-ulang. Maka jangan bosan untuk saling belajar mengenal dan memahami, terus menerus. Karena semua manusia tumbuh dan berkembang setiap saat.

Jika pengenalan kita kepada pasangan berhenti, akan menyebabkan kita tidak lagi bisa mengenalinya. Suami merasa telah mengenali isteri, padahal itu hanya satu fase dalam perkembangan kehidupannya. Sementara sang isteri tumbuh dan berkembang setiap hari, suami bisa kehilangan pengetahuan tentang hal-hal baru yang terjadi dalam dunia sang isteri, jika ia berhenti mengenali. Mengenali pasangan itu proses setiap hari, tidak boleh berhanti.

Teruslah saling mengerti, saling memahami, saling mengisi, saling menasihati, saling memaafkan, saling mengikhlaskan, saling menguatkan, saling bergandengan tangan menghadapi seluruh kondisi dan situasi kehidupan yang “tak pernah rata”. Kehidupan keluarga itu sebagiannya merupakan misteri, karena adanya pertumbuhan dan perkembangan suami, isteri dan anak-anak yang tidak bisa dipastikan kondisinya.

Yang penting jangan berhenti mengenali pasangan anda, karena hari ini diri anda dan pasangan anda adalah dua orang baru yang berbeda dari hari kemarin. Anda dan pasangan anda adalah dua orang baru yang berbeda dibandingkan dengan kondisi setahun yang lalu, lima tahun lalu, atau sepuluh tahun lalu. Banyak perubahan, banyak perkembangan, banyak hal-hal baru anda miliki secara alami.

Selamat pagi, selamat beraktivitas.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline