Lihat ke Halaman Asli

Cahyadi Takariawan

TERVERIFIKASI

Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Alat Pembersih Pun Perlu Dibersihkan

Diperbarui: 25 Juni 2015   23:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

[caption id="attachment_150788" align="aligncenter" width="625" caption="gambar pinjam Google"][/caption]

Kita semua pasti pernah membersihkan rumah, kamar, atau ruang dengan berbagai macam alat pembersih. Semua bagian dari rumah atau kantor kita perlu dibersihkan secara rutin, karena kotoran selalu saja datang. Bahkan ruang ber-AC yang dibuat sedemikian tertutup, tanpa ventilasi, ternyata tetap kotor terkena debu. Entah darimana munculnya debu.

Ada kotoran yang kita buat dengan sengaja, seperti karena aktivitas kerja, atau aktivitas dapur yang menghasilkan sampah. Ada kotoran yang didatangkan oleh binatang, seperti tikus atau kecoa yang suka tinggal di rumah kita. Ada pula kotoran yang tidak kita ketahui datangnya darimana, seperti debu. Semua kotoran itu akan menumpuk jika tidak rutin dibersihkan. Kotoran apapun, selalu tidak sedap dipandang dan tidak elok dilihat. Untuk itulah harus kita bersihkan setiap saat.

Kita memerlukan sejumlah peralatan untuk membersihkan rumah dan semua ruangannya. Maka kita membeli sapu, kemoceng, alat pengepel lantai, alat pengelap kaca jendela, vacuum cleaner, spons, kain lap, dan lain sebagainya. Kesemuanya merupakan peralatan yang lazim digunakan untuk membersihkan berbagai bagian dari rumah kita, sejak ruang tamu, kamar tidur, dapur, kamar mandi dan lain sebagainya.

Tapi coba perhatikan, semua alat-alat pembersih itupun akan kotor kalau tidak dibersihkan. Mereka bekerja membersihkan bagian ruang yang kotor, membersihkan porselin, lantai keramik, pintu, jendela, meja, kursi, peralatan makan dan lain-lain. Namun karena mereka juga benda material biasa, sebagaimana material yang sedang dibersihkan, maka mereka juga mengalami pengotoran diri. Sapu akan kotor, kemoceng akan kotor, kain lap akan kotor, semua alat-alat pembersih akan kotor.

Kendati mereka bernama alat pembersih, mereka juga perlu dibersihkan. Apabila tidak dirawat dan tidak dibersihkan, mereka akan kotor dan oleh karenanya tidak akan bisa digunakan untuk membersihkan ruangan atau membersihkan benda-benda lain. Mereka baru akan bisa berfungsi sebagai pembersih apabila kondisi dirinya juga bersih, bebas dari kotoran. Jika kondisi mereka penuh kotoran, maka saat digunakan untuk bersih-bersih ruangan, ternyata yang terjadi justru menyebarkan kotoran kemana-mana.

Kita harus merawat, menjaga, dan membersihkan alat-alat pembersih tersebut setiap saat, agar bisa digunakan untuk membersihkan rumah dan ruang kita. Jadi, alat pembersih pun perlu dibersihkan secara rutin.

Korupsi adalah kotoran dan najis yang wajib dibersihkan dari segenap ruang-ruang kerja kenegaraan, kebangsaan dan kemasyarakatan. Oleh karena itu diperlukan seperangkat alat pembersih, agar Indonesia bebas korupsi. Di antara alat-alat pembersih ini adalah KPK, kepolisian, kejaksaan, kehakiman, dan lain sebagainya. Semua alat tersebut selama ini telah bekerja sistemik untuk melakukan pembersihan berbagai macam kekotoran yang ada di ruang-ruang kemasyarakatan dan kenegaraan. Tentu sejumlah prestasi dan karya nyata telah mereka miliki. Banyak ruang kotor kini mulai menjadi bersih.

Namun tentu saja sebagai alat pembersih, mereka pun bisa terkena kotoran. Apalagi karena pekerjaannya dekat dengan hal-hal yang kotor, untuk dibersihkan; semakin memperbesar peluang bagi mereka untuk mudah terciprat kotoran. Maka harus ada mekanisme penjagaan dan pembersihan yang rutin pada lembaga-lembaga tersebut, agar tetap bisa berfungsi secara optimal dalam melakukan pembersihan. Jika lembaga-lembaga tersebut penuh kotoran, maka tidak akan bisa efektif membersihkan berbagai macam kekotoran yang ada di DPR, Kementrian dan instansi pemerintah lainnya.

KPK bisa saja kotor, kepolisian bisa saja kotor, kejaksaan bisa saja kotor, kehakiman bisa saja kotor; itu karena mereka adalah lembaga yang biasa mengurus banyak hal kotor di tempat lain. Namun jika lembaga-lembaga tersebut kotor, tugas Pemerintah beserta masyarakat adalah berusaha menjaga dan membersihkannya. Bukan membuang atau membubarkan lembaganya. Mana yang kotor, segera dibersihkan. Jika ada bagian kotoran yang membandel, segera ambil bagian tersebut agar tidak memperluas pengaruh kekotorannya.

Jika kita melihat semua bagian rumah kita kotor, jangan berputus asa dengan membakar dan menghancurkannya. Melihat teras kotor, ruang tamu kotor, ruang keluarga kotor, dapur kotor, kamar tidur kotor, kamar mandi kotor, garasi kotor, gudang kotor, mushalla kotor, mobil kotor, sampai seluruh perabotan rumah tidak ada yang bersih. Setelah mengambil alat-alat pembersih, ternyata semuanya kotor. Sapu kotor, kemoceng kotor, kain lap kotor, spons kotor, alat pengepel kotor, vacuum cleaner kotor, semua alat-alat pembersih yang ada di rumah itu telah kotor.

Ya, jangan bakar rumah kita dengan dendam, kemarahan, serta keputusasaan. “Rumah kita tidak mungkin bisa dibersihkan, maka kita bakar saja sampai bersih”. Ternyata setelah dibakar, hasil pembakarannya pun berupa kekotoran. Arang, sampah, debu berserakan dimana-mana. Semua menjadi kotoran, dan tidak memiliki rumah lagi untuk tempat tinggal.

Ayolah kita bekerja bersih-bersih. Semua yang kotor harus kita bersihkan. Hanya alat yang bersih yang bisa digunakan untuk membersihkan kekotoran. Alat yang kotor justru akan menambah jumlah kotoran dan menyebabkan semakin menyebarnya kekotoran ke berbagai penjuru. Pekerjaan ini adalah hal yang rutin, harus terus menerus dilakukan. Seperti aktivitas mandi, gosok gigi, cuci tangan yang selalu kita lakukan setiap saat. Seperti aktivitas wudhu yang rutin kita lakukan setiap mau sholat.

Selamat pagi menjelang siang. Salam Kompasiana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline