Lihat ke Halaman Asli

Cahyadi Takariawan

TERVERIFIKASI

Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Etika Hidup Berumah Tangga yang Sering Terabaikan

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13992715491660278437

[caption id="attachment_334798" align="aligncenter" width="624" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption]

Ada sangat banyak ajaran dan akhlak dalam kehidupan sehari-hari. Di antaranya adalah akhlak atau adab (etika) hidup berumah tangga. Bagian ini pun cakupannya sangat luas karena mencakup segala aspek antar anggota keluarga dengan segala reniknya. Kita mengambil satu bagian yang lebih kecil lagi, yaitu terkait adab interaksi antar anggota keluarga.

Dalam kehidupan rumah tangga, hendaknya orang tua mengajarkan anak-anak tentang adab-adab yang berkaitan dengan interaksi antar anggota keluarga sejak mereka masih kecil atau sebelum baligh. Hal ini adalah bagian dari proses pendidikan integratif dalam keluarga, yang harus ditanamkan sejak dini di dalam keluarga. Semuanya bertujuan untuk menciptakan kebaikan bagi pribadi, keluarga, dan masyarakat pada umumnya.

Ada beberapa ajaran yang harus diajarkan kepada anak-anak dan semua anggota keluarga tentang adab dalam interaksi antar anggota keluarga, namun sangat disayangkan adab ini banyak diabaikan. Bahkan masih banyak pula yang tidak mengerti adanya tuntunan ini, sehingga dianggap hanya sebagai tradisi atau kebiasaan lokal saja. Padahal, adab seperti ini mendapatkan perhatian spesifik dalam kitab suci dan Hadits nabi.

Beberapa adab interaksi antar anggota keluarga yang sering terabaikan, di antaranya adalah:

1. Ajaran “Tiga Waktu Aurat”

Kita mengenal adab untuk meminta izin dalam memasuiki kamar orang tua. Bagi anak-anak yang belum baligh, harus diajarkan etika untuk meminta izin pada tiga waktu untuk memasuki kamar tidur orang tua. Hal ini untuk menjaga agar aktivitas pribadi suami istri tidak terganggu oleh anak-anak, dan anak-anak juga tidak menyaksikan pemandangan yang tidak selayaknya mereka saksikan.

Dalam tiga waktu yang dimaksud, biasanya ada kondisi orang tua yang lebih bebas, misalnya dalam hal berpakaian. Jika orang tua berada dalam ruang privasi, mereka bebas mengenakan pakaian sesuai kondisi atau selera yang dikehendaki, karena di dalam ruang itu hanya ada suami dan istri. Untuk itulah anak-anak yang belum baligh sekalipun diajarkan meminta izin untuk memasuki kamar pribadi orang tua.

Allah telah telah berfirman :

"Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum baligh di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari). Yaitu: sebelum sembahyang subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar)mu di tengah hari, dan sesudah sembahyang Isya'. (Itulah) tiga (waktu) aurat bagi kamu. Tidak ada dosa atasmu dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu, mereka melayani kamu, sebahagian kamu (ada keperluan) kepada sebahagian (yang lain). Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat bagi kamu. dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana" (QS. An-Nur: 58).

Dalam kita tafsir Ibnu Katsir dijelaskan makna ayat ini, "Allah Ta'ala memerintahkan orang-orang beriman agar para pelayan mereka dan anak-anak yang belum baligh, meminta izin kaetika memasuki kamar orang tua, dalam tiga waktu. Pertama sebelum shalat fajar, karena ketika itu orang-orang sedang tidur di tempat tidur mereka. Kedua, waktu qailulah (tidur siang), karena pada saat itu biasanya orang-orang melepaskan bajunya di tengah keluarganya. Ketiga, setelah shalat Isya, karena itu adalah waktu tidur".

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline