Lihat ke Halaman Asli

Cahyadi Takariawan

TERVERIFIKASI

Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Bosan Hidup Rukun, Istri Pengin Berantem

Diperbarui: 23 Juni 2015   21:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1401695474834205309

[caption id="attachment_339730" align="aligncenter" width="500" caption="ilustrasi : www.thetorah.com"][/caption]

Memiliki keluarga yang rukun, kompak, harmonis, bahagia adalah dambaan semua orang. Namun kadang orang salah membayangkan, bahwa keluarga yang kompak dan harmonis itu tidak pernah bertengkar dan berkonflik sama sekali. Dengan pemahaman seperti ini, banyak orang yang menjauhkan diri dan menghindari konflik dengan pasangan, karena khawatir akan membuat keluarganya berantakan.

Saya telah memposting sebelumnya, bahwa konflik tidak selalu negatif, bahkan ada sembilan manfaat konflik suami istri (http://edukasi.kompasiana.com/2013/06/16/9-manfaat-konflik-suami-isteri-565627.html). Konflik sesungguhnya tidak untuk dihindari, tetapi justru untuk dihadapi dan diselesaikan dengan baik.

Jika konflik bisa dikelola dengan positif, maka justru akan menimbulkan kehangatan dalam interaksi pasangan suami istri. Cinta mereka bisa selalu baru dan bersemi, karena ada berbagai dinamika yang mampu mereka lalui dengan baik. Konflik justru menghasilkan tambahan keindahan cinta dalam keluarga.

Bosan dengan Kemapanan

Manusia adalah makhluk yang dinamis. Karena karakter yang dinamis, maka dampaknya cepat mengalami kebosanan apabila menghadapi hal-hal yang bersifat rutin dan monoton. Manusia memerlukan variasi dan sentuhan seni dalam menghadapi semua aktivitas kehidupan. Dengan demikian kehidupan akan selalu indah dan menarik, tidak membosankan dan membuat suasana selalu baru.

Saya mendengar komentar lucu seorang sahabat yang tengah menempuh pendidikan lanjut di Amerika. Saat baru tiba di Amerika begitu terkagum-kagum dengan ketertiban, keteraturan, kebersihan, kerapian dan kedisiplinan warga negara Paman Sam tersebut. Antrian yang selalu tertib, lalu lintas yang teratur, berbagai aturan yang ditegakkan dengan disiplin, fasilitas umum yang rapi dan bersih, semua tampak mengagumkan. Ketika dibandingkan dengan Indonesia, rasanya Indonesia seperti hidup di zaman purba.

Namun setelah sekian lama tinggal di Amerika yang penuh dengan keteraturan tersebut, ternyata muncul rasa bosan juga. Ia merasa hidup sebagai mesin atau robot yang sangat mekanik. Tertib, teratur, disiplin, tidak menyisakan ruang untuk ketidakteraturan. Hidup setiap hari seperti itu ternyata juga membosankan. Tiba-tiba ia merindukan ketidakteraturan Jakarta. Ingin kembali menikmati bergelantungan di bus kota dan KRL, ingin menikmati warung tenda yang berjejeran sepanjang trotoar dari pagi sampai malam tiba, semua membuat suasana yang berbeda.

Itulah manusia, yang bercorak dinamis. Mudah bosan dengan kemapanan. Orang Indonesia bosan dengan kemacetan, ketidakteraturan, kekumuhan, ketidakdisiplinan dan hal-hal unik lainnya. Yang di Amerika atau Eropa bosan dengan keserbateraturan hidup yang demikian monoton.

Bosan Hidup Rukun

Demikian pula dalam kehidupan rumah tangga. Sekian banyak pasangan yang sering dilanda konflik merasa lelah dan bosan berada dalam konflik. Mereka ingin segera keluar dari konflik itu dan hidup ‘normal’ sebagaimana pasangan suami istri lainnya. Rasanya bosan bertengkar, karena setiap hari selalu berada dalam suasana pertengkaran dangan pasangan. Ingin rasanya menikmati suasana santai, bebas dari ketegangan konflik yang selalu mendera.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline