Lihat ke Halaman Asli

Geliat Oplet Tua, Ekspedisi Petugas Pajak di Tanah Dayak

Diperbarui: 20 Oktober 2017   08:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tim Oplet Tua Siap Memulai Ekspedisi (Dokumentasi Pribadi)

Ini kali kedua saya mengikuti 'ekspedisi' petugas pajak menerobos belantara hutan Malinau di Kalimantan Utara. Untuk kegiatan visit ke Wajib Pajak semacam ini, saya memang lebih suka menyebutnya sebagai ekspedisi. Karena meskipun merupakan tugas rutin pegawai pajak, visit ini sangat kental dengan suasana penjelajahan. Tepatnya penjelajahan hutan di rangkaian pegunungan di wilayah Malinau Kalimantan Utara. Jadi aura ekspedisinya benar-benar hadir di sini.

Sekitar tiga bulan yang lalu saya juga sempat menyertai petugas pajak (Bapak Atim Widodo, seorang appraiser senior) menerobos belantara Kabupaten Malinau menuju Desa Long Loreh di Kecamatan Malinau Selatan. Kami menembus hutan belantara tak kurang dari dua setengah jam, dari total perjalanan tiga jam. Suasa dramatis kerap menyapa kami, beberapa kali mobil melintang di jalan akibat licinnya jalan berlumpur, gundukan tanah akibat tebing longsor merampas bahu jalan, jembatan darurat yang kritis, dan lain-lain.

Kali ini dengan tim yang berbeda kami menjalankan ekspedisi ini. Tim kali ini beranggotakan empat orang dari kantor Pajak Pelayanan Pajak Pertama Tanjung Redeb yang berkedudukan di Tarakan Kalimantan Utara. Yang istimewa tim kami kali ini beranggotakan orang-orang yang sudah cukup senior. Secara berseloroh saya menyebutnya sebagai tim Oplet Tua.

Tim Oplet Tua ini terdiri dari Bapak Agung Sukmajaya, selaku komandan tim. Bapak Mahfud sebagai Aprraiser Penilai Spesialis Perhutanan. Bapak Teguh Ismail, fungsional umum sekaligus merangkap petugas ekstensifikasi yang akan melakukan penjaringan objek pajak baru. Mereka bertiga tergolong Balita yang sebenar-benarnya, alias Bapak-Bapak Lima Puluh Tahunan

Yang ke keempat saya sendiri, yang bertugas membawakan tasnya Bapak Mahfud karena sesuai jadwal, besok bakal menemui Bapak Camat Malinau Selatan Hulu. Konon kantor Kecamatan Malinau Selatan Hulu ini adanya di atas awan, karena saking seringnya disambangi kabut tebal akibat ketinggian lokasinya yang memang sudah bersanding dengan awan. Wiihhh . . . asyik ya . . .

Tim Oplet Tua, pagi itu mulai bergerak menuju pelabuhan Teng Kayu di Kota Tarakan diantar oleh Bang Rubson. Setelah menunggu beberapa saat bersandarlah speedboat Malinau Ekspres yang akan membawa kami untuk memulai ekpedisi. Ekspedisi kali ini  perjalanannya diperkirakan akan makan waktu selama enam sampai tujuh jam. Tiga jam perjalanan air dan nyambung perjalanan darat selama kurang lebih empat jam. Kebayang betapa menantangnya ekspedisi kali ini kan ?

Terus terang buat saya ini adalah ekspedisi yang cukup menantang, tidak tahu bagaimana kalau menurut tiga anggota Tim Oplet Tua lainnya. Karena tiga jam perjalanan menyusuri sungai Kalimantan dengan menggunakan speed boat adalah pengalaman pertama saya. Sebelumnya pernah menyeberang dari Pulau Tarakan ke Pulau Bunyu tapi hanya sekitar dua jam. Makanya ekspedisi kali ini di mana kami selama tiga jam menyusuri sungai, pasti akan menjadi ekspedisi yang sangat menantang.

Waktu menunjukkan jam sembilan pagi Waktu Indonesia Tengah, saat kami meninggalkan pelabuhan Tengkayu Tarakan. Speedboat bergerak perlahan namun pasti menuju kecepatan maksimalnya. Pagi yang indah. Matahari bersinar cerah, secerah suasana hati ini yang makin menbuncah. Burung-burung terbang melayang di derunya air, membuat ekspedisi ini semakin indah. Beberapa speedboat bersimpangan membuat speedboat yang kami tumpangi bergoyang-goyang. Goyangan yang mesti diwaspadai, karena kadang bisa membuat penumpangnya muntah

Sepanjang perjalanan menyusuri sungai kami disuguhi pemandangan yang sangat menyejukkan mata. Air yang jernih menghampar sepanjang mata memandang. Sementara sepanjang sisi kanan-kiri sungai tumbuh berjajar pohon nipah. Di sana sini tampak pohon bakau yang tumbuh tak kalah rapinya berjajar setia menjaga tepian sungai dari erosi akibat arus air yang terlalu bernafsu melahap bibir sungai.

Beberapa ekor burung tampak beterbangan kian kemari. Pernah juga kami temui beberapa ekor monyet bermain di tepian sungai bertingkah lucu menghibur para penumpang boat yang beruntung menoleh ke arahnya. Burung-burung bangau kadang nampak berjejer di pinggiran sungai mengais rejeki, menangkap ikan-ikan kecil yang terdampar di tepian sungai. Burung elang tampak melintas di ketinggian, bahkan burung Enggang yang dikeramatkan Suku Dayak itu kadang-kadang tampak melintas di sela pepohonan.

Tiga jam tak jemu-jemunya saya menikmati keindahan sungai dengan segala biota yang melengkapinya. Saya tengok dua anggota tim kami sudah terkapar kelelahan di jog masing-masing. Hanya Bapak Teguh Ismail yang masih tampak asyik ngobrol dengan karyawan RRI Surabaya yang kebetulan sedang mengadakan kunjungan ke Malinau.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline