Lihat ke Halaman Asli

Tentang Ketenteraman Hati Seorang Penangkar Burung Jalak Bali

Diperbarui: 1 Maret 2016   21:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Alkisah . . . di suatu pagi yang cerah, pak Syam si penangkar burung jalak bali nDeso, pergi ke kota. Tepatnya pergi ke kota Surakarta Hadiningrat alias kutho Solo. Di pagi yang cerah tersebut pak Syam sudah macak dengan nyelithit karena akan pergi ke kota untuk plesir yaitu pergi melihat-lihat keindahan yang ada di kota.

Dari kota Klaten (bagian nDeso) pak Syam penangkar burung jalak bali nDeso naik bis antar kota jurusan Solo Jogjakarta, yag tentu saja dengan mengambil arah yang sebaliknya yaitu dari arah Yogyakarta menuju Solo.

Setelah perjalanan berlalu sekitar tiga perempat jam, sampailah bis yang dia tumpangi di daerah Manahan Kota Solo. Pak Syam penamgkar burung jalak bali nDeso pun turun dan berganti naik becak menuju pasar burung Depok.  Ealahhh . . . dasar Pak Syam ini penangkar burung jalak bali nDeso, sekali-kalinya pergi ke kota ya mung mau ke pasar manuk . . .

Pak Syam si penangkar burung jalak bali nDeso sengaja naik kereta tak berkuda itu agar bisa nyambi menikmati keindahan yang ada. Becak-becak tolong bawa saya . . . katanya dalam rengeng-rengeng sambil duduk di jog becak.

Sekitar sepuluh menit kemudian, keramaian kicau beburungan membuyarkan lamunan Pak Syam penangkar burung jalak bali nDeso tentang keindahan kota. Ooo . . . sudah sampai, itu suara burung kemriyek ramai banget. Itu suara burung-burung bernyanyi riang gembira, para menghuni kioas-kios Pasar Burung Depok Solo.

Pasar depok Solo adalah pasar burung terbesar di Jawa Tengah, bahkan mungkin terbesar di Indonesia setelah Pasar Burung Pramuka di Jakarta dan Pasar PASTY di Yogjokarto Hadiningrat.

Di sana banyak pengunjungnya. Kadang-kadang pada hari Minggu digelar latihan bersama burung kicauan atau kadang juga lomba burung beneran. . .

Berbagai macam spesies burung tersedia di sana. Ada kenari, sikatan, kacer dan murai. Ada burung dara, tekukur, kutut dan terucukan. Ada ayam, kalkun dan tupai. Ada iguana, ayam, burung hantu dan kelelawar. Pokoknya di sana lengkap sekali . . .

Setelah puas melihat-lihat burung, Pak Syam penangkar burung jalak bali nDeso berkeliling pasar untuk mencari pisang kepok, jangkrik alam dan ulat hongkong. Sampai di satu kios pak masuk dan bertanya,”Pisangnya sesisir berapa ya mas ?”. Sang penjaga kios tampak tidak memperhatikan kedatangan pak Syam. “Pisangnya sesisir berapa mas ?” tanya pak Syam lagi “Lima belas ribu,” jawab sang penjaga sekenanya. “Kalau jangkrik berapa mas satu onnya ?” tanya pak Syam. Kembali sang penjaga asyik nyemproti jalak surennya tanpa sedikitpun menghiraukan pembeli. “Mas jangkrik satu on berapa ?” kembali pak Syam bertanya. “Ooo . . . jangkrik ... sebelas ribu mas,” jawabnya singkat. “Wuuiihh . . . mahal amat !” bisik hati pak Syam.

“Pisang satu sisir, jangkrik setengah kilo ya mas . . .” kata pak Syam. Sang penjual masih asyik dengan semprotannya, sesekali mengisap rokok kreteknya yang tinggal sak umprit itu.

Masih dengan ketelatenan tingkat tinggi pak Syam mengambil sendiri pisang sambil disodorkan ke penjaga kios.” Mas pisang satu sisir, jangkrik setengah kilo dan ulat hongkong seperempat kilo.” Kata pak Syam. “Iya sabar ya pak !” kata penjaga kios masih asyik dengan burung jalak surennya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline