Lihat ke Halaman Asli

Hari Bumi 2014: Mengambil Peran Kecil di Hari Bumi

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel


22 April merupakan puncak peringatan Hari Bumi (Earth Day) 2014 se-Dunia, peringatan yang menandai kampanye global mengenai lingkungan hidup di seluruh dunia, hampir 192 negara sedunia akan memperingatinya dalam berbagai bentuk kegiatan yang mengampanyekan ramah lingkungan terhadap bumi. Gerakan kepedulian terhadap bumi ini diseluruh dunia di kordinasikan oleh organisasi global Earth Day Network. Hari Bumi pertama kali diadakan 44 Tahun yang lalu, tepatnya 22 April 1970. Adalah Gaylord Nelson sebagai penggagas pertama adanya Hari Bumi, seorang senator Amerika serikat sekaligus pengajar Lingkungan Hidup. Gagasan Gaylord Nelson dimulai tahun 1969 dengan mengkampanyekan isu-isu lingkungan hidup untuk menjadi bahan kurikilum di perguruan tinggi. Gagasan tersebut mendapat dukungan luas dari berbagai pihak, hingga mencapai puncaknya pada tanggal 22 April 1970 di Fifth Avenue New York jutaan orang turun jalan untuk mengecam mereka para perusak alam, perusak bumi tercinta. Momentum tersebutlah, akhirnya di tiap tanggal 22 April penduduk dunia memperingati Hari Bumi (Earth Day) dan pada tahun 2014 ini peringatan Hari Bumi bertemakan Green Cities/ Kota Hijau

Kota Hijau (Green Cities) merupakan kampanye yang dilakukan oleh Earth Day Network dalam menghadapi permasalahan lingkungan hidup yang selama ini terjadi. Kota sebagai pusat urbanisasi bagi masyarakat pedesaan semakin mengalami perkembangan dan percepatan dalam segala bidang, baik teknologi, informasi, hingga infrastrukturnya. Perkembangan inilah yang menyebabkan semakin hari semakin tidak nyaman hidup di kota, kenyataan yang ada kota dengan segala carut marutnya menciptakan tempat tinggal yang tidak ramah lingkungan bagi penduduknya. Berangkat dari sinilah Kota Hijau di kampanyekan di momentum Hari Bumi ini, sudah saatnya pembangunan kota kedepan berbasis ramah lingkungan, terutama yang berkaitan dengan sumber energi, transportasi dan infrastrukturnya.

Sudah menjadi wacana umum bahwa, sumber energi bumi selama ini 80% dari bahan bakar fosil yang tidak dapat diperbarui. Bahan bakar fosil ini juga merupakan bagian dari penyumbang perubahan iklim (Climate Change) yang sedang terjadi di dunia, hasil pembakaran berupa gas rumah kaca yang mempunyai cukup andil dalam perubahan iklim ini. Maka dari itu perlu peran besar dari keseluruhan sistem yang ada untuk bersama-sama menyadari akan hal tersebut, dan meninggalkan secara berlahan sumber energi berbahan bakar fosil dan menggantikannya dengan sumber energi yang ramah lingkungan dan dapat terbaharukan, seperti sumber energi dari sinar Matahari dan angin.

Transportasi menjadi bagian yang tidak terelakan bagi kehidupan manusia saat ini. Tanpa adanya transportasi yang baik maka kehidupan manusia di era globalisasi ini yang dituntut untuk bereaksi cepat akan terganggu. Tetapi penggunaan transportasi yang tidak tepat guna, tidak efisien dan berlebihan menjadi penyebab kerusakan lingkungan, terutama pencemaran lingkungan. Kadang manusia terlalu berlebihan dalam merespon kemajuan teknologi dan zaman ini, sehingga berefek terhadap kerusakan lingkungan di sekitarnya. Untuk mewujudkan Kota Hijau, wacana transportasi massal berbasis ramah lingkungan, aman serta nyaman menjadi utama untuk segera menjadi kenyataan di setiap kota – kota besar. Penggunaan bahan bakar ramah lingkungan yang menekan angka emisi di udara patut menjadi fokus utama. Dan penyediaan ruang – ruang hijau serta ruang bagi kendaraan tidak bermesin di setiap sudut kota demi terwujudnya Kota Hijau di masa datang.

Infrastruktur sebagai bagian dari pendukung perkembangan kota, turut menjadi bagian dari hal yang harus dibenahi dalam mewujudkan Kota Hijau ini. Gedung – gedung tinggi, pabrik – pabrik, dan bangunan lainnya yang turut serta dalam penyumbang gas rumah kaca harus segera diperbaiki. Penggunaan sumber – sumber yang tidak hemat energi harus segera di rubah dan diganti dengan sumber yang dapat terbarukan, pembuangan limbah – limbah pabrik harus sesuai dengan aturan yang ramah lingkungan, pemberian ruang – ruang hampir di semua sudut kota berupa ruang terbuka yang ramah lingkungan dan semua itu demi terwujudnya kota masa depan, yaitu Kota Hijau.

Sebagai manusia yang selama ini hidup dantinggal di Bumi, sudah selayaknya kita turut ambil bagian dalam mensukseskan terciptanya masa depan yang lebih baik lagi bagi Bumi, salah satunya dengan menciptakan sebuah kota yang ramah lingkungan di kemudian hari. Sebagai manusia yang hanya menjadi bagian terkecil dari seluruh mahluk yang tinggal di bumi, manusia yang berakal sudah selayaknya ambil peran dalam penciptaan masa depan bumi. Apa peran yang bisa kita ambil dalam mewujudkan masa depan bumi ini? Peran kecil dan bermanfaat sudah cukup bagi kita dalam ambil bagian dalam penciptaan Green Cities. Bijak dalam penggunaan listrik di rumah, seperti mematikan lampu – lampu yang tidak terpakai, bijak dalam penggunaan transportasi seperti lebih memilih kendaraan tak bermesin untuk jarak – jarak dekat atau menggunakan transportasi massal untuk jarak – jarak jauh, dan bijak dalam penggunaan energi dan air dalam kehidupan sehari – hari seperti tidak menggunakan air berlebihan. Peran kecil inilah bagi sebagian manusia kadang di remehkan dan mendapat respon kecil dari reaksi terhadap penyelamatan lingkungan. Tetapi peran kecil inilah yang menentukan masa depan bumi ini. Mari berefleksi diri, sudah bijakkah kita dalam menyikapi masa depan bumi ini? Dengan Green Cities mari bersikap bijak menentukan kota kita lebih ramah lingkungan lagi. Selamat Hari Bumi

Jember, 22 April 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline