Lihat ke Halaman Asli

Tragedi (Kudeta) Mei ‘98 atau Reformasi?

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1400303884817767644

[caption id="attachment_336598" align="aligncenter" width="278" caption="sumber : id.wikipedia.org"][/caption]

Mei 1998 menjadi bulan bersejarah bagi bangsa Indonesia, proses peralihan kekuasaan selama 32 tahun terjadi pada bulan itu. 16 tahun pasca peristiwa Mei sampai hari ini masih menyisahkan berbagai macam persoalan. Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang terjadi di bulan itu dan bulan – bulan sebelum dan sesudahnya belum terungkap sampai hari ini. pelanggaran Tindakan kekerasan terhadap para aktivis, kekerasan dan pelecehan seksual terhadap etnis tionghoa serta penculikan – penculikan terhadap aktivis dan beberapa masyarakat sipil belum terungkap siapa aktor di belakangnya.

Puncak dari peristiwa Mei 1998 ini adalah lengser keprabonnya Soeharto sebagai Presiden yang menjabat selama lebih dari tiga dekade ini. Peristiwa bersejarah tersebut yang melibatkan berbagai macam elemen, baik dari mahasiswa, LSM, tokoh – tokoh politik hingga militer menggantikan orde baru menjadi orde reformasi. Peristiwa yang terjadi di atas darah – darah manusia tak bersalah itu pun disebut dengan gerakan reformasi ’98. Dimana para aktivis yang gugur pada peristiwa Mei ini disebut dengan pejuang reformis.

Seiring dengan semangat reformasi yang terjadi, pengungkapan peristiwa Mei menjadi agenda dari pejuang – pejuang HAM di Indonesia. Sampai hari ini pun pengungkapan peristiwa Mei tersebut bagi kaum awam masih sangat gelap untuk diungkap. Yang terjadi malah masyarakat di buat bingung dengan fakta – fakta subjektif yang berkembang di masyarakat hari ini. begitu banyak versi – versi siapa dalang dan yang paling bertanggung jawab terhadap peristiwa pelanggaran kemanusiaan tersebut.

Salah satu versi yang berkembang adalah menjadikan Prabowo sebagai “kambing hitam” dan paling bertanggung jawab terhadap peristiwa tersebut. Prabowo sebagai Pangkostrad pada saat itu diduga dengan Tim Mawarnya mengkonsolidasi operasi militer untuk melakukan penculikan, kerusuhan hingga terjadi chaos di dalam negeri yang memaksa terjadi penggulingan kekuasaan.

Versi lain bercerita ini ulah Leonardus Benjamin Moerdani atau akrab disapa LB Moerdani dengan CSIS-nya (Centre for Strategic and International Studies) akibat dari sakit hati LB Moerdani yang mulai tersingkir di mata Soeharto dan bersambut mendapat dukungan dari “barat”. LB Moerdani yang sebelumnya orang kepercayaan Soeharto sebagai panglima ABRI dan tergantikan oleh Try Soetrisno, berawal dari situlah diduga peristiwa 1998 merupakan bagian dari CSIS bersama LB Moerdani untuk menjatuhkan Soeharto.

Sejarah yang tidak tuntas cukup mewakili dua versi tentang peristiwa Mei 1998. Terlepas dari dua versi tersebut, pelaku narasi sejarah Mei 1998 ini adalah pihak militer. Operasi terencana, tersistematis dan terorganisasi dengan baik tidak lepas dari kerja intelegen militer. Ada indikasi didalam militer sendiri terjadi perpecahan yang membuat sejarah ini semakin gelap. Yang pasti momentum krisis finansial dalam negeri dan rapuhnya kekuatan Soeharto menjadi waktu yang tepat bagi operasi intelegen ini untuk menjalankan aksinya. Dan pasti pejuang aktivis (mahasiswa) di sini hanya sebagai martir bagi operasi besar intelegen militer pada waktu itu dengan dalih Reformasi.

Menjadi tanda tanya besar akhirnya, apakah peristiwa Mei itu sebuah gerakan reformasi atau sebuah gerakan kudeta militer? Atau memang benar ini kudeta militer yang “gagal” dan akhirnya beralibi menjadi gerakan reformasi? Untuk itu kita pahami dulu apa itu kudeta apa itu reformasi. Kudeta berasal dari bahasa perancis Coup d’Etat yang berarti serangan atau pukulan terhadap negara. Kudeta adalah sebuah tindakan pembalikan kekuasaan terhadap seseorang yang berwenang dengan cara illegal dan sering kali bersifat brutal, inkonstitusional berupa pengambilalihan kekuasaan, penggulingan kekuasaan, sebuah pemerintahan negara dengan menyerang (strategis, taktis, politis) legitimasi pemerintahan kemudian bermaksud untuk menerima penyerahan kekuasaan dari pemerintahan yang digulingkan.(sumber : Wikipedia).

Samuel P. Hutington membagi kudeta dalam 3 jenis yaitu, pertama Guardian Coup d’Etat, militer melakukan kudeta dengan dalih menegakkan tatanan publik dan sejumlah alasan lain yang telah melekat pada alam pikir militer dan selalu dikaitkan dengan Patriotisme. Kedua Breakthrough Coup d’Etat militer melancarkan revolusi untuk menggulingkan pemerintahan tradisional dan menciptakan elite birokrasi baru. Ketiga Veto coup d’Etat militer memveto atau menolak eksistensi kelompok – kelompok tertentu dalam politik dan berkonfrontasi dengan kekuatan politik oposisi – sipil.

Reformasi secara umum berarti perubahan terhadap suatu sistem yang telah ada pada suatu masa (sumber : Wikipedia). Reformasi adalah perubahan struktur lembaga masyarakat atau negara, yang terencana, yang mengarah ke distribusi kekuasaan dan bertujuan menciptakan keterbukaan politik, memperluas partisipasi massa terutama untuk golongan masyarakat tertentu. Proses reformasi timbul sebagai akibat dari tidak berfungsinya sendi –sendi pemerintahan yang menyebabkan krisis kepercayaan dari masyarakat sehingga menginginkan suatu perubahan disegala bidang.

Membaca pemahaman di atas antara kudeta dan reformasi dikaitkan dengan keterlibatan militer dengan martir para aktivis, sebagai korbannya adalah rakyat utamanya etnis tionghoa, peristiwa Mei 1998 apakah Kudeta atau gerakan reformasi? Tentu melihat perjuangan mahasiswa pada waktu itu, ini sebuah gerakan reformasi yang memang pada waktu itu pemerintah tidak berfungsi lagi, korupsi merajalela dan pemerintah otoriter dan perlu terjadi perubahan di segala bidang. Tetapi di balik perjuangan ideal para aktivis mahasiswa tadi dimanfaatkan menjadi narasi besar kelompok tertentu (militer) dalam menjalankan operasi intelegennya untuk melakukan kudeta.

Jember, 17 Mei 2014

Sumber :

Hutington, Samuel P. (1968). Political order in changing societies. Yale University Press.

Aryana, I Gusti nyoman. (1998). Jurnal Suara Demokrasi : Teori Reformasi no. VIII/Juli/1998. Jakarta : Suara Demokrasi.

http://id.wikipedia.org/wiki/Kudeta

http://id.wikipedia.org/wiki/Reformasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline