Lihat ke Halaman Asli

Kiat Membunuh Syndrome Anti Jokowi – Prabowo

Diperbarui: 20 Juni 2015   05:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1402015053781758948

[caption id="attachment_340739" align="aligncenter" width="583" caption="Ilustrasi/Admin (KOMPAS.com)"][/caption]

Wabah baru melanda masyarakat Indonesia hari ini menjelang pesta demokrasi pemilihan presiden secara langsung (Pilpres) 2014. Wabah tersebut adalah syndrome anti Jokowi – Prabowo. Entah mereka punya salah apa ke rakyat Indonesia, tetapi hari ini setiap tindak tanduk, laku, gerak hingga bernafas pun harus menjadi sorotan. Dan dominasi sorotan tersebut adalah hal yang berbau negatif. Entah mereka dosa apa, niat baik mereka untuk memimpin negeri ini disambut dengan sinis bahwa mereka tidak layak memimpin negeri.

Syndrome anti Jokowi – Prabowo menjadi wabah yang mengepidemi masyarakat Indonesia, syndrome ini membentuk masyarakat yang culas, naïf, munafik dan anti pati terhadap kemanusiaan. Syndrome ini merubah manusia yang toleran menjadi fanatisme kebablasan. Syndrome ini merubah simbol – simbol agama yang suci menjadi simbol – simbol fitnah yang kejam. Dan syndrome ini berpotensi memecah belah keluarga, saudara, sahabat dan teman sejawat. Cukup berbahaya syndrome ini.

Oleh Karena itu tidak ada salahnya kita berbagi, berbagi kiat untuk membunuh syndrome ini, setidaknya menyembuhkan syndrome ini agar tidak menjadi virus yang benar – benar mengancam rasa kemanusiaan yang ada di nurani terdalam diri kita. Beberapa kiat yang bisa dilakukan untuk membunuh syndrome ini adalah :

• Hindari menonton televisi dengan segmen berita, utamanya dua stasiun televisi yang menjadi trend saat ini. Ingat hanya untuk sementara kita puasa dari informasi ini. Percuma kita dapat informasi yang isinya hanya hujat menghujat, fitnah memfitnah hingga beberapa kebohongan – kebohongan publik. Lebih baik kita fokus tonton persiapan World Cup hingga pelaksanaanya, lebih menghibur.

• Hindari membaca surat kabar yang konten isinya (lagi – lagi) tentang Jokowi – Prabowo. Sudah tentu syndrome ini akan cepat merebak di benak hingga otak kita. Masih banyak bacaan – bacaan lain di luar surat kabar tersebut, seperti buku – buku yang lebih mendidik. Kalau toh terpaksa membaca surat kabar, rubrik Olah Raga saat ini lebih menarik, apalagi konten yang mengulas tentang Brazil dengan Piala Dunianya.

• Sibukan dengan menulis, tapi awas jika menulis di Kompasiana. Cukup menulis jangan membaca, jikalau terpaksa harus membaca, pilih segmen fiksi, olah raga dan sebagainya yang terlepas dari segmen politik, khususnya yang dipenuhi dengan kata “Jokowi – Prabowo”. Di Kompasiana wabah syndrome anti Jokowi – Prabowo tumbuh subur.

• Hati – hati dengan sosmed, baik itu Facebook, Twitter, Path, dan sejenisnya. Salah satu endemik virus berasal dari sana. Cukup berbahaya, gunakan sebijak mungkin dan jangan sampai terkontaminasi dengan info – info abal – abal.
Kiat ini hadir bukan tanpa sebab, kiat ini terlahir dari sebuah pengalaman, kenyataan dan kebenaran. Kiat ini berawal dari seseorang yang telah terjangkit virus syndrome anti Jokowi – Prabowo parah, dengan level 9 di rentang angka 1 -10. Benar, saya disini merupakan salah satu bagian dari mahluk yang terjangkit syndrome ini. Berangkat dari sinilah saya mengajak sahabat, saudara hingga handai taulan untuk tidak mengikuti jejak bodoh saya, terjangkit syndrome anti Jokowi – Prabowo.

Jember, 5 Juni 2014




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline