Lihat ke Halaman Asli

Ayo Dukung Capresmu dengan Santun

Diperbarui: 20 Juni 2015   03:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pilpres 2014 kali ini merupakan Pilpres secara langsung ke-3 yang saya ikuti, disbanding dengan Pilpres sebelumnya, proses demokrasi dalam Pilpres 2014 kali ini merupakan Pilpres yang meresahkan bagi kita semua. Kondisi yang terjadi hari ini adalah munculnya Fanatisme masyarakat terhadap Capres pilihannya. Dan sebagai akibat dari fanatisme tersebut lahirlah kampanye-kampanye negatif dan cenderung provokatif. Mengamati konstelasi yang terjadi akhir-akhir ini, hal tersebut semakin parah belakangan ini. Apalagi pasca debat Capres yang sudah dilaksanakan 2 kali ini.

Keadaan yang seperti ini memang belum membentuk dampak langsung terhadap masyarakat, seperti konflik horizontal. Tetapi tidak menutup kemungkinan dikemudian hari atau lebih tepatnya pasca Pilpres berlangsung, salah satu kubu yang kalah akan membuat hal yang lebih provokatif dan menimbulkan potensi konflik horizontal terbuka terjadi. Sinyalemen kea rah sana sebenarnya sudah bisa ditangkap dengan munculnya fenomena saling hujat menghujat antar pendukung Capres ini.

Dampak lain dari ketidakdewasaan dalam berdemokrasi ini adalah hilangnya sikap intelektual dari para elite maupun pendukungnya. Kerap kali yang terjadi para elite politik dan para pendukung lebih mengedepankan nafsu untuk menjatuhkan satu sama lain daripada mengedepankan logika dan dasar intelektualnya. Kerap kali para elite politik ini menggunakan argument-argumen tak berdasar dan berasal dari sumber yang tidak jelas. Sumber yang tidak jelas inilah kadang menjadi argument-argumen provokatif yang menggiring opini publik.

Entah, respon dari masyarakat seperti apa, tetapi apa yang terjadi hari ini semakin membuat jenuh proses demokrasikita. Hal terburuk yang terjadi masyarakat semakin apatis terhadap kondisi yang terjadi hari ini. Untuk itu mari kita rubah, fanatisme tersebut menjadi bentuk dukungan yang positif. Mari kita rubah hujat-menghujat itu menjadi bentuk dukungan yang lebih santun lagi. Untuk Indonesia yang lebih baik lagi, karena Indonesia itu SATU dalam Damai, Piss (V dengan DUA jari)

Jember, 20 Juni 2014




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline