Liburan kenaikan kelas telah tiba. Murid dan guru pasti senang. Karena, mereka bisa menikmati liburan bersama keluarga. Tak tanggung-tanggung, liburan kenaikan kelas kali ini sebanyak 3 minggu.
Itu dulu. Sekarang, saat liburan semester atau liburan kenaikan kelas guru diwajibkan tetap masuk. Kata mereka yang libur hanya murid. Guru tetap masuk walau murid libur. Jika ingin libur, guru harus mengajukan cuti seperti pegawai lainnya.
Ada guru yang taat mengambil cuti saat liburan seperti yang dihimbau dalam edaran. Tapi, ada juga yang tak mengajukan cuti. Disamping ribet, mereka ingin cutinya bisa digunakan di saat yang memang benar-benar dibutuhkan. Sehingga mereka tetap mempertahankan hak cutinya tidak terpakai saat liburan.
Guru berbeda dengan pegawai lain. Di kelas guru berhadapan dengan murid. Guru harus mempersiapkan pembelajaran, membimbing dan mengevaluasi murid-muridnya. Jika guru mengambil cuti saat hari efektif tentu kegiatan di kelas akan terganggu. Berbeda dengan pegawai lain yang bisa diganti dengan rekannya jika sedang cuti.
Bisa juga sih teman sejawat guru menghandel tugasnya saat hari efektif jika sedang cuti. Tapi itu akan merepotkan. Hal ini karena rekan sejawat tentu memiliki murid juga yang harus mendapatkan pengawasan. Sudah menjadi rahasia umum, kalau guru diikat waktu jam pelajaran atau jumlah siswa. Jadi, jumlah guru di sekolah tentu pas atau malah kurang.
Saat liburan guru ke sekolah ngapain? Ini pertanyaan yang sering muncul di masyarakat. Sebenarnya banyak hal yang bisa dikerjakan. Misalnya membuat rencana pembelajaran berdiferensiasi.
Pembelajaran berdiferensiasi muncul di kurikulum merdeka saat ini. Pembelajaran diferensiasi ini memperhatikan kebutuhan siswa, minat gaya belajar dan bakat siswa. Jadi guru harus tahu kebutuhan belajar siswa sebelum membuat rencana pembejaran diferensiasi. Pembelajaran diferensiasi ada berdasarkan konten, proses, produk dan lingkungan belajarnya.
Pembelajaran diferensiasi konten harus memperhatikan minat dan kebutuhan siswa. Guru dapat mengetahui minat dengan cara tes diagnostik, rapor, wawancara atau dari guru sebelumnya.
Pembelajaran diferensiasi proses bisa memperhatikan gaya belajar kemampuan awal siswa. Ada siswa yang bergaya belajar audio, visual, dan ada juga yang kinestetik. Kemampuan awal tiap siswa juga berbeda. Ada yang sudah lebih maju ada juga yang masih tertinggal. Guru perlu mengidentifikasinya.
Kemampuan awal dan gaya belajar siswa juga bisa digunakan untuk diferensiasi produk. Jadi, siswa dapat menentukan produk apa dan bagaimana yang akan dicapai. Sehingga siswa lebih menikmati belajarnya. Siswa lebih bisa belajar dan meningkatkan kemampuan yang sudah dimiliki.
Lingkungan belajar yang nyaman bisa membuat siswa betah. Siswa akan lebih asyik belajar jika merasa nyaman. Jadi guru bisa memfasilitasi siswa belajar apakah di dalam kelas atau bisa jiga dibuat lingkungan belajar di luar kelas.