Putihmu sepolos tingkahmu, dan hal itulah yang membuat kelopak mataku menopang dagu sering perhatikanmu.
Tapi apakah kau tahu? Sepertinya tidak, sebab aku masih tetap saja diam-diam mengagumimu.
Alami parasmu memang tak semenor riasan mawar yang diburu, dan karena apa adanya itulah bahagiaku selalu terisi penuh tatkala mengingat-ingat caramu tersenyum yang terlihat lucu.
Tapi apakah kau tahu? Sepertinya tidak, sebab aku masih tetap menyamar jadi rerumputan yang bisu.
Ramahmu menjadi sinaran pesonamu, tak aneh bila penyuka keseriusan berlomba-lomba hinggapi hatimu. Dan hal itulah yang membuatku ragu-ragu menampakkan perasaanku.
Tapi bagaimana kalau Ia tahu? Selama ini akulah yang sering menjelma usapan lembut angin yang membuatnya tersipu malu.
Ah, semoga saja Ia tak pernah tahu. Dan kalau boleh jujur aku lebih senang diam-diam perhatikanmu daripada sibuk mencari muka di hadapanmu
N.A , Kota Udang, 09'06'19.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H