Lihat ke Halaman Asli

N Almeida

📝📝

Penunggu Kolam Air Mata

Diperbarui: 17 Mei 2019   13:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

m.lovepik.com

Memang secarik pagi telah dirobek paksa siang, tercecer di pekarangan langit cerah hingga ekspetasi indah yang sudah-sudah kini cuma bisaku pandang di sisa-sisa petang.

Indah, bukankah sangat jauh lebih indah ketika seikat gulma enceng gondok milik kita terlepas, lalu menjelma koloni bunga teratai kenangan. Sementara bila hidup se-istana kolam bersama pun belum tentu Tuan capung-capung penjaga menjanjikan selarik rasa tenang.

Kamu masih ingat tidak akan janji rembulan pada katak-katak langguk yang terkutuk di dalam tempurung lupa, Apa coba janjinya? Kenapa malah jadi mengedip-ngedipkan mata!!

Mungkin sudah terlalu lama aku menjadi penunggu kolam air mata sehingga keseringan menghirup oksigen derita; Menjadi terbiasa.

Sering pula menghela napas gerutu panjang dan mengembuskan terpaksa lewat goresan pena yang terus saja merutuki nasib ketika sendal jepit aksara selalu putus di pertigaan lembaran jalan; Tak jadi bertandang.

Sial, kenapa sih aku ini selalu saja kalah nasib!! Bukan, kamu itu hanya kalah bersyukur dan sering mengingat yang telah raib.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline