Lihat ke Halaman Asli

Pengaruh Konten TikTok Terhadap Opini Publik (Kasus Kopi Sianida Jilid II)

Diperbarui: 7 November 2023   11:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tik Tok merupakan aplikasi media online yang luar biasa hebat kemampuannya. TikTok telah menjadi suatu tren bagi generasi masa kini. Tak hanya kaum muda millenilal berbagai kalangan mulai dari anak -- anak, remaja sampai orang tua. Berbagai tren muncul dikarenakan keberadaan aplikasi ini. Aplikasi yang berasal dari Tiongkok ini menjadi fenomena global dalam industri media sosial. Perkebangan TikTok juga cukup pesat, aplikasi ini merupakan aplikasi wajib yang kian telah diunduh oleh jutaan orang di seluruh dunia. Lalu munculah pertanyaan, negara manakah yang menjadi pengguna TikTok terbanyak tahun 2023?

Menurut Statista yang dilakukan oleh Goodstats dalam publikasinya negara Amerika lah yang memiliki pengguna TikTok terbanyak berdasarkan total jumlah pengguna yang terlibat dalam aplikasi tersebut dengan jumlah 116 juta akun pengguna. Selanjutnya terdapat Indonesia dengan total 112 juta akun. Posisi ketiga dan keempat diduduki oleh Brazil yang memiliki 84 juta akun dan Meksiko dengan 62 juta akun. Lalu di posisi kelima diisi oleh negara Rusia dengan jumlah 51 juta akun pengguna. Beralih ke Benua Asia Tenggara terdapat beberapa negara berurutan sekaligus yaitu Vietnam dengan 50 juta akun pengguna, Filipina dengan 41,43 juta akun pengguna dan Thailand 41,06 juta akun pengguna. Terakhir di di posisi dua terbawah terdapat Turki dan Arab Saudi yang masing-masing memiliki 31 dan 28 Arab Saudi juta akun pengguna.

Kemampuan konten TikTok dalam mempengaruhi opini publik telah menjadi fenomena yang signifikan dalam era media sosial saat ini. Dalam hal ini kami mengambil sebuah sampel yakni sebuah fokus akan diberikan pada kontroversi seputar kopi sianida yang viral kembali setelah ditayangkan dalam film dokumenter "Ice Cold: Murder Coffee and Jessica Wongso" di platform Netflix. TikTok, sebagai platform berbagi video pendek yang sangat populer, telah menciptakan ruang baru bagi pengguna untuk menyampaikan opini mereka.

Fenomena ini bermula sejak ditayangkannya Film dokumenter oleh Netflix yang berjudul "Ice Cold: Murder Coffee and Jessica Wongso".  Sebelum diproduksi, film tersebut menayangkan proses wawancara dari beberapa pihak yang terkait dengan kejadian kasus kopi sianida tersebut, diantaranya ada Jessica Kumala Wongso sebagai terdakwa, Eddy Salihin sebagai ayahnya Mirna, dan Otto Hasibuan sebagai penasihat hukum Jessica.

Proses wawancara yang menjadi trend dikalangan warganet dan di unggah berkali kali oleh user TikTok yaitu saat Eddy Salihin terdapat membawa senjata api di saku celananya yang mana pada saat itu pihak Netflix sangat terkejut.

Video wawancara tersebut menjadi cikal bakal kasus kopi sianida ini ramai dan hangat dibicarakan kembali. Sebagai referensi, mengutip dari sebuah akun dari pengguna TikTok @Lalu Mara Satriawangsa yang merespon tentang kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin oleh Jessica Kumala Wongso atau lebih dikenal dengan kasus Kopi Sianida. Dalam unggahannya dengan 33,3K Likes dan 1548 Comment. Dengan jumlah likes dan komen yang secara kuantitas sangat banyak, dan dari kebanyakan pengguna yang comment dalam unggahan tersebut menyebutkan ragu bahwa pembunuh mendiang Wayan Mirna Salihin adalah Jessica Kumala Wongso.

Sebabnya banyak sekali video yang serupa menjelaskan kejanggalan -- Kejanggalan yang ada. Sebagai contoh, penjelasan dari ayah mendiang Mirna sendiri yang malah menjadi senjata makan tuan. Alih -- alih mendapat pembelaan dari warganet, malah mendapatkan asumsi yang mana menyudutkan ayahnya mendiang Mirna. Pasalnya Ayah nya kerap kali memberikan keterangan yang tidak sesuai dengan fakta -- fakta yang sebelumnya sudah dijelaskan oleh saksi ahli dalam persidangan 7 tahun yang lalu.

Respon publik yang didapati setelah melihat dari berbagai comment di unggahan TikTok menunjukan pembelaannya kepada Jessica. Padahal 7 tahun yang lalu publik ramai ramai menghakimi Jessica sebagai orang berdarah dingin yang tega membunuh teman sekaligus sahabatnya sendiri.

Publik memiliki asumsi dan cara pandang yang baru setelah hal ini ramai di TikTok, berbagai pendapat dari para Ahli seperti Dokter Djaja yang mana ahli toxicology jenazah yang menerangkan bahwa kematian mendiang Mirna bukan disebabkan karena sianida. Publik membentuk sebuah pola asumsi yang mana dalam hal ini membela justru membela terdakwa Jessica.

Ditambah lagi dari keterangan penasihat hukum Jessica yaitu Otto Hasibuan yang ditampilkan dalam video TikTok sedang wawancara bersama Karni Ilyas yang sebenarnya wawancara tersebut di unggah di YouTube, akan tetapi banyak yang mengunggah kembali di TikTok dengan versi yang lebih singkatnya. Keterangan dari Otto Hasibuan menyebutkan bahwa kurangnya alat bukti yakni CCTV yang menunjukan bahwa Jessica yang menaruh sianida di Kopi Mirna itu tidak ada faktanya dan alasan dijatuhkan hukuman dikarenakan hanya karena Jessica memesan kopi terlebih dahulu dan menolak untuk meminumnya sebelum Mirna.

Akibatnya perubahan asumsi publik terjadi karena merasa selama ini salah sangka terhadap Jessica. Hal ini dibuktikan dengan ramainya tagar "keadilan untuk Jessica" diberbagai platform terutama Twitter.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline