Lihat ke Halaman Asli

Pairunn Adi

Penyuka fiksi

Bangkit dari Neraka

Diperbarui: 26 September 2023   13:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dengan tubuh menggigil kuhantam tembok di ruangan 2 x 3 berulangkali. Sakit, teramat sakit, darah mengucur dari luka kering yang kemarin. Jemari dan keningku penuh luka, lebam dan bengkak, tapi memang itu yang bisa membuatku bertahan. Hanya rasa sakit itu yang bisa mengalihkan hasrat setan dalam tubuhku.

'Lebih kuat lagi, sakitmu belum terasa apa-apa, teruskan!' kata-kata malaikat mungil terngiang menyemangati.

Sampai tengah malam, sampai aku tak sadarkan diri. Ruangan kuno yang sudah tak dihuni, dalam rumah yang agak jauh dari pemukiman. Setiap hari luka bertambah, rasa sakit adalah obat terampuh bagiku.

'Sabarlah, kuatkan lagi tekat, sesaat lagi penderitaanmu pasti berganti kebahagiaan,' selalu kata-kata itu berputar di kepala, sungguh, itu sangat membantuku.

Ketika setan dalam tubuhku bangkit, tenggorakan seakan terbakar, sesak dalam dada, rasa yang entah, mengajak jiwaku mengembara, karena itu sulit sekali menahan diri, hanya penyesalan yang selalu saja memutar slide pada saat kebringasan menguasaiku.

Waktu itu hidupku hancur, ekonomi sulit, hingga belahan jiwa pergi entah ke mana. Jiwaku terguncang, putus asa, serasa tak ingin lagi hidup. Hari-hari menjadi kelam, tak menerima kenyataan, aku menyalahkan Tuhan.

Ketika jiwaku rapuh, tak peduli lagi akan kehidupan, tak pedulikan diri akan seperti apa, malam menjadi siang, melupakan kenyataan adalah tawaran yang sangat menggiurkan. Setan datang menawarkan solusi itu, awalnya diberi cuma-cuma hingga akhirnya masuk dan menguasai diriku.

Entahlah, ketika sudah bangkit, apa pun aku lakukan asal setan dalam tubuhku senang, meski harus mencuri, merampok atau apa pun itu yang penting terpenuhi hasrat dalam tubuhku.

Bertahun-tahun seperti itu, jiwaku tak merasa tentram, hanya sesaat saja ketika jiwaku melayang-layang, setelah itu kenyataan kembali lagi. Aku semakin menyalahkan Tuhan atas apa yang terjadi pada diriku.

Sampai suatu ketika, tanpa sengaja mengenalmu, perempuan imut yang selalu berjilbab. Entah kenapa kau peduli pada kehidupanku, selalu hadir dan membesarkan hatiku dengan penuh kasih-sayang. Kesabaranmu menumbuhkan perasaan yang sudah lama kupendam, perasaan yang sulit aku ceritakan.

Ketika dalam keadaan sadar, kau mengajariku untuk berserah dan sealu berdoa padaNya. Ayat-ayat suci tak henti kau lantunkan ketika setan dalam tubuhku berontak, kau tak takut ketika kebringasan menguasaiku, seolah kau yakin aku tak menyerangmu. Entahlah, memang itu yang terjadi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline