Ini malam sangat menjemukan
Angin mati berdiri
Pohonan kaku
Senyap embun di pelataran daun.
Dari hamparan malam yang dingin
Jiwaku yang rapuh
Mengapai surga-Mu.
Aku ingin tidur sejenak
Di dalam jubah putih hangat-Mu
Yang mengadung mimpi
Dan harapan pasti.
Ketika angin beriup
Menyibak rambut-Mu yang tergerai panjang
Aku akan berbisik di telinga-Mu
Bertanya yang belum kupahami
Tentang insan yang berjubah seperti-Mu
Apakah benar meraka wakil-Mu?
Sedang pada waktu sekarang
Aku tak pernah menemukan darah-Mu
Juga nafas yang seperti-Mu
Di antara meraka.
Aku juga akan mengadu
Di depan mulut-Mu
Bahwa jubah seperti yang Kau kenakan
Sekarang banyak di pasar loak
Diperjual belikan sangat murah
Apakah aku boleh memakainya?
Tapi Engkau malah mengucapkan selamat malam
Dan kunang-kunang berkerlap-kerlip
Berhamburan dari mulut-Mu.
Kau angkat tinggi-tinggi
Tangan-Mu yang bercahaya putih
Kemudian menaiki rembulan
Dan pergi dengan tersenyum
Meninggalkan tanya yang belum terjawab.
Malang, 20 September 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H