Lihat ke Halaman Asli

Pairunn Adi

Penyuka fiksi

Protesku Mati

Diperbarui: 6 September 2018   11:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay.com


Mati adalah aku
Sudah biasa mati, berulang kali
Ditikam serdadu politik masa kini

Hariku mengersang. Waktu-waktu jahat
Anjin bermata maling menunggu saat
Burung pemakan bangkai bertengger di atap rumah
Diam mengintai mayatku

Mati adalah aku
Sudah biasa mati, berulang kali
Dilindas mobil-mobil mewah di jalan tol
Tersungkur roda pesawat di bandara-bandara
Tenggelam kemudian mengapung di dermaga-dermaga
Kadang dimakan ikan di bendungan kali

Tak ada yang peduli
Buta mata tuli daun telinga hati

Mati adalah aku
Sudah biasa mati, berulang kali
Protes-protesku hanya menjadi mayat
Berbau busuk
Menusuk hidung Sang Waktu
Kemudian menjadi debu

Tak ada yang peduli
Yang kere memang seharusnya mati
Bila tak mampu membeli mimpi

Malang, 6 September 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline