Lihat ke Halaman Asli

Pairunn Adi

Penyuka fiksi

Tangisku

Diperbarui: 25 Oktober 2016   20:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Gambar: Pixabay.com

Aku menangis
menangis
melihat runcingnya tombak
Kilau putihnya pedang
tergenggam erat
saudara-saudarku dari timur
barat
selatan dan utara. 

Panji-panji meraka kibarkan
ada yang putih
hitam
ada juga yang merah. 

Berduyun-duyun ke tempat tinggi
bersorak-sorak saling serang
saling hina
saling caci. 

Di setiap sudut-
Sudut kota yang gelap
menunggu kesempatan
menunggu kesalahan
untuk saling menjatuhkan. 

Ah..., ibu, aku menangis
menangis
melihat tingkah mereka.

Aku menangis
menangis
melihat saudara-saudaraku lupa
lupa rahimmu
karena angin surga
membuai angan-angan mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline