Lihat ke Halaman Asli

Pairunn Adi

Penyuka fiksi

[Puisi] Menggantung Mimpi Sebiji

Diperbarui: 2 Oktober 2016   09:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen BOLANG

Sepagi rabun ayam mulai menghilang, kokok menyambut fajar, sambung menyambung suara riuhnya. Sepagi itu cangkul terpanggul, di pundak yang kokoh, tangan kekar, jiwa tegar, membolak-balikan tanah tanpa lelah.

September mulai basah, rekah tanah hilang ditelan hujan, gembur oleh tangan-tangan perkasa. Senyum secercah asa mengantung, biji-biji tertabur bersama mimpi lelaki paruh baya.

Sang kekasih setia, lembut sentuhan kasih merawat kandungan dalam rahim. Kesabaran, ketabahan, melekat dalam jiwa tangguhnya. Serupa hujan yang meniupkan roh pada biji-biji, ia rawat, agar tumbuh hingga mereka menuai nikmatnya.

Di awal musim
Hujan basahi bumi
Semaikan benih

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline