Di dalam kitab suci Al-Qur'an terdapat ayat yang menjelaskan mengenai hubungan antara awan cumulonimbus, terjadinya petir, dan hujan es yang merupakan fenomena alam yang sering kita dengar dan saksikan di bumi ini.
Qur'an surah An-Nur (Cahaya) [24] ayat 43, Allah Ta'ala berfirman, "...dan Allah (juga) menurunkan hujan es dari (awan) yang bergunung-gunung (tumpukan-tumpukan awan seperti gunung) dari langit, maka diturunkan-Nya hujan es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat (lightning) dari awan itu hampir-hampir menghilangkan pandangan."
Awan Cumulonimbus
Dikenal juga dengan sebutan 'The King of Clouds', awan Cumulonimbus berada di ketinggian troposfer, biasanya ditandai dengan bagian atas yang berwujud es, terlihat bertumpuk-tumpuk (multi-level), menjulang tinggi ke langit biasanya berbentuk seperti menara, bulu-bulu, atau gunung. Lebih umum dikenal sebagai awan petir (thunderclouds).
Awan Cumulonimbus terbentuk melalui proses konveksi, berawal dari awan cumulus yang kecil di atas permukaan yang panas, berkembang menjadi tinggi dan lebih tinggi lagi sampai menjadi awan yang sangat besar yang menyimpan energi setara dengan 10 kali bom atom Hiroshima. Awan ini juga dapat terbentuk pada permukaan yang dingin, melalui konveksi paksa (forced convection) dimana udara yang lebih ringan dipaksa naik ke atas udara yang dingin.
Cumulonimbus adalah satu-satunya jenis awan yang bisa menghasilkan hujan es, guntur dan kilat. Bagian dasar awan sering berbentuk datar dengan dinding yang sangat gelap seperti fitur yang menggantung di bawahnya, dan mungkin hanya terbentang beberapa ratus kaki di atas permukaan bumi.
Awan Cumulonimbus biasa dikaitkan dengan cuaca ekstrim seperti hujan lebat, badai hujan es, petir, dan bahkan tornado. Sebuah cellcumulonimbus biasanya akan menghilang dalam waktu satu jam setelah hujan mulai turun, menciptakan hujan lebat yang sebentar. Namun multicell bahkan supercell cumulonimbusmengandung banyak awan cumulonimbus dan curah hujan yang lebat dapat berlangsung lebih lama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H