Orangtua mendambakan anaknya menjadi yang terbaik dari anak yang lainnya.
Kemudian orang tua mencari tempat yang terbaik untuk buah hatinya dengan harapan berubah menjadi hebat.
Kehebatan anak bukan karena tempat, walaupun tempat memiliki peran. kehebatan anak justru terbangun karena kebiasaannya yang baik.
Pembiasaan yang baik akan memberikan candu pada anak, seperti pembiasaan membaca.
Membaca menjadi candu membutuhkan tahapan, bukan hal yang instan.
Pembiasaan tersebut bisa diawali dari diri orangtua yang membaca, dan membiarkan anak melihatnya.
Ketika orangtua fokus membaca dan membiarkan anak tersebut, bisa jadi anak akan mengobrak abrik buku, menangis, berteriak, karena merasa diacuhkan. Hal tersebut dilakukan anak untuk mencari perhatian orang tua. Biarkan saja sejenak, karena ini tahap awal anak mengenal buku.
Panggil anak tersebut, biarkan anak yang menghampiri orang tua, bukan sebaliknya. Disinilah perang perasaan antara orangtua dan anak, siapa yang harus tunduk.
Saat anak yang menghampiri orang tua, jalan untuk merayu anak membaca menjadi mulus.
Stimulus pertama dengan memberikan buku yang dipenuhi dengan gambar yang anak sukai, entah hewan, bus, atau yang lainnya. Beri pertanyaan ringan seperti ini hewan apa nak?, Kakinya berapa?, Warnanya apa?, Dll.