Berita terkini dari pilkada depok: Kampanye hitam di pilkada depok tidak kunjung usai bahkan semakin menggila. Jika sebelumnya pembusukan hanya terjadi di wilayah forum forum media online namun kini mulai turun ke bawah. Dan ini sangat meresahkan karena dapat memicu timbulnya konflik.
Memang sangat disayangkan ketika pilkada tidak lagi menjadi ajang kampanye cerdas melainkan menjadi ajang untuk penistaan profile salah satu tokoh peserta kompetisi pemilihan langsung pilkada depok. Meski hal ini tidak jauh beda dengan 2 pilkada sebelumnya dimana Nur Mahmudi menjadi objek penderita sasaran fitnah maka kali ini adalah M idris yang karena diusung oleh partai yang sama yaitu PKS.
Meski sebenarnya M idris adalah tokoh independen non partisan dan sudah ditegaskan oleh pks bahwa m idris bukanlah kader mereka. Namun serangan membabi buat dan gelap mata tetap diarahkan ke m idris dan tetap dianggap sebagai kader pks. Tentu hal ini menjadi rancu ketika seseorang yang bukan kader pks di cap sebagai kader pks hanya untuk dibusukkan.
Pembusukan tidak hanya sebatas masalah identitas kader kepartaian , pembusukan juga diarahkan dalam pembentukan karakteristik "Wahabi" yang selama ini dianggap sangat manjur untuk meraih simpati suara islam tradisional. Celakanya , m idris-pun bukanlah seorang wahabi melainkan seorang warga NU tulen bahkan termasuk keluarga besarnya.
Kedua kesalahan ini memang sudah masuk ke ranah fitnah dan bisa dimasukkan dalam delik pencemaran nama baik namun sepertinya pihak m idris memilih untuk mengalah. Akibat pendiaman dari pihak m idris pribadi maupun dari partai pendukung membuat serangan semakin membabibuta dan masih berkelanjutan hingga sekarang.
Jika serangan di dunia maya lebih ke sosok pribadi seorang m idris maka beda halnya dengan serangan di dunia nyata. Meski corak serangan ke pks dan wahabi tetap kental maka serangan ke pribadi pradi supriatna juga tidak kalah kejamnya. Sosok pradi supriatna digambarkan oleh mereka sebagai sosok preman , tukang judi , tukang selingkuh dan berbagai macam serangan yang tidak memiliki bukti sedikitpun. Serangan yang menjurus ke personal ini amat sangat disayangkan oleh banyak pihak dan seyogyanya segera dihentikan agar tidak menimbulkan keresahan di masyarakat.
Harapan kini ada di pihak muspika kota depok. Meski sudah dicanangkan untuk dilakukannya "Apel Siaga Lintas Komponen" pada hari rabu (4/11) sebagai upaya awal kesiagaan menghadapi pilkada. Namun tetap dibutuhkan langkah kongkret agar upaya pembusukan dan pola pola kampanye meresahkan segera dihentikan. Dan para tokoh yang ikut dalam kompetisi harus mampu mengendalikan relawan-relawan dan tim suksesnya agar berhenti melakukan kampanye hitam dan pembusukan. Apakah kemenangan lebih utama dari ketentraman masyarakat? Jika iya , lebih baik tidak ada pilkada di kota depok.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H