Lihat ke Halaman Asli

Seandainya Oh Seandainya

Diperbarui: 24 Juni 2015   10:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Mari kita berkhayal sedikit, demi mengurangi rasa sakit melihat nasib persepakbolaan Indonesia yang lagi nyungsep paska kudeta KPSI terhadap PSSI pimpinan Johar Arifin. Khayalannya begini, anggap saja PSSI masih penuh di bawah kendali Johar Arifin yang diakui FIFA, dan pembinaan sepakbola usia muda masih tetap jalan di bawah asuhan coach Timo serta timnas masih di bawah kendali Nil Maizar, dan liga legal di bawah PSSI yang diakui FIFA adalah IPL.

Nah, dalam kondisi seperti ini, anggaplah ketika menghadapi timnas Arab Saudi (U-23), Indonesia berhasil meraih hasil positif minimal imbang. Dengan persiapan yang sudah disusun oleh Nil sejak lama, gemblengan fisik yang oke dan kekompakan yang sudah terbangun, timnas memang tampil sangat trengginas seperti biasanya. Tetapi kualitas memang nggak bisa dibangun secara instant.

Maka, hasil imbang seharusnya bisa diterima. Tetapi apa yang kemudian terjadi? Para punggawa LNM dengan nyolot pasti akan menghina dan mencaci maki para punggawa Timnas dan pengurus PSSI. Nggak pernah menang lah, timnas emprit lah, apalah. Pasti selalu saja ada alasan untuk memburuk-burukkan timnas dan PSSI. Apalagi di kanal kompasiana, pastinya para begundal LNM akan berkoar-koar, kalau timna diisi pemain terbaik dari liga jeger, liga laki, pasti kita tampol tuh Arab U-23.

Hujatan itu akan semakin parah ketika serombongan tim berkualitas yaitu timnas Belanda, Arsenal, Liverpool dan Chelsea datang. Dengan niat baik memberikan pengalaman pada pemain timnas, dan memberi bekal demi menghadapi Cina di Kualifikasi Piala Asia 2015, PSSI tetap menghadapkan timnas (yang katanya emprit) untuk menghadapi tim-tim itu.

Sekali lagi kenyataannya meski pemain timnas bermain trengginas, pola permainannya mantap dan sering merepotkan barisan pertahanan lawan, tetapi karena kalah kualitas ya emang tetap kalah. Sama Belanda timnas asuhan NIl kalah 2-3, lawan Arsenal kalah 1-2, Lawan Liverpool ndilalah bisa imbang 1-1, dan lawan Chelsea kalah 0-1. Maka kemudian ramai-ramai lah corong LNM dkk berkoar-koar ala Menteri RS (J)-- baca Rumah Sakit Jiwa. "Kalah ya kalah... gol ya gol."

Chant ala RS (J) ini juga diulang-ulang di kanal bola seolah-olah timnas di bawah Nil Maizar adalah timnas terburuk, apapun upaya yang dilakukan dan apapun hasil positif yang diraih. Pendek kata nggak ada bagusnya buat LNM dan hamba-hamba sahayanya. TV OON dan Antipu pun ramai membahas kegagalan timnas mengalahkan tim-tim kuat tadi dan membanding-bandingkan seandainya yang menghadapi timnas belanda, Arsensel, Liverpool dan Chelsea adalah "timnas asli" yang ada mister tampol dan mister tweet-nya.

Nah, kemudian cercaan itu semakin menggila kala menghadapi Cina di kandang lawan timnas besutan Nil lagi-lagi cuma main imbang 0-0 sama Cina. Lagi-lagi cercaan datang ke alamat timnas dan PSSI. "Kapan menangnya?" begitu kira-kira kata sang menteri RS (J) seolah-olah jadi juru bicara LNM dan para hamba sahayanya.

Nah, kemudian datanglah puncak kudeta dan Johar nyungsep di bawah telapak kaki LNM.Nil Maizar dipecat. IPL dibekukan, pemain emprit nggak lagi dipakai timnas. Timnas PSSI hasil kudeta luar biasa (KLB) ini LNM ini kemudian dikuasi timnas laki, timnas jeger, TRG yang ada mister tampol, mister tweet, dan kiper ngantuknya.

Penasaran dengan koar-koar LNM akan kualitas tim TRG, maka tim-tim tadi datang lagi. Hasilnya? timnas laki (yang ga pilih lawan tapi salah milih lawan melulu) dibantai 0-3 oleh belanda. Lalu digasak Arsenal (0-7), lalu diembat Liverpool 0-2 (kali ini main lumayan karena ada sedikit pemain emprit yang menghidupkan permainan), dan puncaknya dibantai Chelsea 1-8. Anehnya baginda LNM nggak koar-koar apapun soal hasil ini. Tidak pula ada cercaan atau kritik pada timnas dan coach RD serta JFT dari para begundalnya LNM. TV OON dan Antipu bungkam. Menteri RS (J) cuma nyengir kuda saja.

Alhasil, begitulah akhirnya persepakbolaan Indonesia. Nyungsep sep..sep..dan cuma jadi guyonan serta terus di-bully tim-tim negara lain. Tetapi karena pengurusnya hanya gila kuasa dan duit, ya no problem lah. Maka prinsip yang berlaku adalah: "Kalah ya kalah, gol ya gol tapi biarin karena duit ya duit hehehhehee." Selamat menikmati khayalan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline