Lihat ke Halaman Asli

Rival Pahrijal

Masih Pelajar

Minimalis adalah Perjalanan, Bukan Tujuan

Diperbarui: 13 Januari 2021   18:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Apa tujuan kamu dalam hidup ini? Seringkali pertanyaan itu muncul ketika sedang membicarakan hidup. Tujuan adalah sesuatu yang kita kejar, sesuatu yang menjadi akhir perjuangan dan lelah, sesuatu yang menurut kita adalah sebuah hal besar dan luar biasa. 

Tujuan itu terletak di akhir, bukan di awal atau di pertengahan perjalanan hidup. Mungkin penentuan tujuannya memang di awal, tapi apakah kita bisa mencapainya atau tidak, itu terjadi di akhir.

Ketika kita mulai menerapkan sesuatu yang baru, entah itu gaya hidup, pemahaman, atau pun keyakinan, biasanya kita langsung berada pada sisi ekstrim dari hal tersebut. 

Misalnya saja ketika aku memutuskan untuk menjalani gaya hidup minimalis, maka aku berada pada titik ekstrimnya yaitu untuk menyedikitkan barang sesedikit mungkin. Aku mencari barang mana saja yang kiranya harus aku buang dalam proses decluttering. 

Padahal itu adalah pemahaman yang salah. Dalam proses decluttering, yang jadi pertanyaan idealnya adalah barang mana yang akan kita pertahankan, bukan barang mana yang hendak kita singkirkan.

Minimalis itu bukan sebuah tujuan hidup, bukan suatu hal yang kita kejar, bukan pula suatu hal yang jauh di depan sana. Sebagaimana yang aku sampaikan di artikel sebelumnya bahwa dalam memulai hidup minimalis, kita harus mendahulukan hal-hal yang mudah untuk kita lakukan. Artinya hidup minimalis itu bukan suatu hal yang jauh untuk dicapai, tetapi dekat dan sangat mudah untuk dimulai.

Hidup minimalis itu sangat luas cakupannya, bukan hanya soal barang, bukan hanya soal tata ruang, bukan hanya soal monokrom, dan bukan hanya soal decluttering. Minimalis itu luas, menyangkut segala aspek dalam hidup kita. 

Entah itu pakaian, makanan, tempat tinggal, pembelajaran, cara berpikir, cara berbicara, cara berdialog, bahkan dalam menjalin hubungan dengan pasangan.

Ketika kamu menetapkan hidup minimalis sebagai tujuan, maka ketika kamu memulainya dan seketika berada pada sisi ekstrim dari gaya hidup minimalis kamu akan merasa sudah berada pada puncak minimalis. Padahal kenyataannya itu adalah sebuah kesalahan besar. Lalu kamu menganggap orang yang belum menerapkan gaya hidup minimalis versi kamu itu salah. Hal ini tidak lah benar. 

Setiap orang berhak dan merdeka untuk menentukan gaya hidup yang mereka inginkan. Belum tentu gaya hidup minimalis versi kamu itu cocok dengan mereka. 

Sebagaimana hidayah, setiap orang memiliki titik baliknya masing-masing. Kita tidak berhak mengurusi gaya hidup mereka. Lantas apa yang bisa kamu lakukan? Hanya memberi contoh yang baik. Just it!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline