Lihat ke Halaman Asli

Duka di Antara Sukacita

Diperbarui: 20 Mei 2018   08:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Alhamdulillah. Syukur tak terhingga kepada Allah atas segala anugerah yang berlimpah. Hari ini ita masih diberi kesempatan beribadah di bulan Ramadhan nan penuh berkah.

Sebelas bulan lamanya menunggu. Banyak orang yang merindu. Namun sebagian tak sempat bertemu. Karena ajal datang terlebih dahulu.

Selayaknya, semua muslim bisa bersukacita setiap kali Ramadhan menyapa. Karena kedatangannya membawa bonus berlipat ganda. Berbagai keutamaan terhimpun di dalamnya. Harusnya, kesempatan itu bisa digunakan sebaik-baiknya.

Di bulan ini kita pun merasa, kondisi keimanan lebih terjaga. Perbuatan maksiat sedikit mereda. Nuansa keislaman mewarnai berbagai media, begitu pula di dunia nyata. Meski sebenarnya masih kental dengan nilai sekulernya.

Namun di tengah sukacita, kita juga merasakan duka. Masalah yang seolah tiada habisnya. Persoalan ekonomi, sosial, politik, hukum, dan lainnya begitu menyesakkan dada.

Dan kini, teror bom dimana-mana. Rasa aman telah tiada. Entah siapa di balik ini semua. Banyak kejanggalan yang terasa. Tapi memang sulit membuktikannya.

Yang menyakitkan, ajaran Islam dituduh sebagai penyebabnya. Islamophobia menjalar kemana-mana. Ketakutan berlebih kepada ajaran Islam dan pejuangnya. Akibatnya, seorang muslim yang ingin taat dicap teroris, radikal, ekstrimis atau konotasi negatif lainnya. Mereka dihina, dipersekusi, bahkan disiksa.

Padahal, tuduhan itu salah besar. Islam tak pernah mengajarkan melakukan teror. Satu nyawa manusia sangat berharga. Pembunuhan tanpa hak terhadap satu orang manusia saja akan diberi sanksi yang berat, apalagi membunuh banyak manusia. Kalaupun ada ajaran jihad, maka ada hukum syara yang mengatur. Begitupun dakwah kepada Khilafah, sama sekali tanpa kekerasan. Jalan perjuangan tak boleh menyimpang dari apa yang telah Rasulullah contohkan.

Di sinilah kita perlu melakukan tabayyun. Cari informasi dari sumber yang benar. Jangan mudah percaya dengan informasi dari sumber yang tak jelas, lalu menuduh yang tidak-tidak. Jangan mudah terprovokasi, lantas ikut menyebarkan berita hoax yang menambah ruwet permasalahan.

Stop kriminalisasi ajaran Islam! Sudahi duka ini! Terorisme bukan Islam dan Islam bukan teroris. Islam adalah agama damai. Penerapan syariat Islam yang menyeluruh akan menebar kerahmatan bagi seluruh alam.

Semoga Ramadhan ini bisa menjadi momen untuk melakukan evaluasi bersama. Meningkatkan kualitas keimanan. Melakukan ketaan total kepada Allah. Dan menghantarkan kita pada kemenangan hakiki. Bukan hanya kemenangan secara pribadi, tapi kemenangan Islam dan kaum muslim seluruhnya. []




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline