Dalam kehidupan berkeluarga, setiap individu dituntut untuk menyesuaikan perannya, tidak terkecuali para suami yang telah berkomitmen untuk membangun rumah tangga. Kehadiran istri dan anak dalam kehidupan seorang pria menandai babak baru yang mengharuskan adanya pengorbanan dan penyesuaian, terutama dalam hal pembagian waktu antara diri sendiri, hobi, dan keluarga. Tidak jarang, dilema antara menghabiskan waktu untuk kepuasan pribadi atau untuk keluarga menjadi topik hangat yang sering diperbincangkan.
Menjadi seorang suami dan ayah membawa tanggung jawab yang tidak ringan. Tanggung jawab ini tidak hanya terbatas pada pemenuhan kebutuhan material, tetapi juga kebutuhan emosional dan waktu bagi keluarga. Sayangnya, masih ada pria yang setelah pulang kerja memilih untuk menghabiskan waktu bersama teman-teman, meninggalkan istri dan anak yang telah menanti kebersamaan di rumah. Fenomena ini bukan hanya sekedar tentang mencari hiburan setelah lelah bekerja, tapi juga tentang bagaimana seorang pria mengatur prioritasnya setelah berkeluarga.
Memang, saat masih bujang, menghabiskan waktu untuk bermain futsal, bermain game, atau nongkrong bersama teman merupakan hal yang lumrah. Namun, setelah berkeluarga, mau tidak mau, seorang pria harus bisa mengurangi, bahkan mungkin mengorbankan waktu hobinya tersebut demi keluarga. Waktu yang biasanya digunakan untuk bersantai atau melakukan hobi, seharusnya dapat dialihkan untuk membangun kualitas interaksi dengan istri dan anak, seperti membantu mengerjakan pekerjaan rumah, mengajak anak bermain, atau sekadar berbincang dengan istri tentang hari mereka.
Di sisi lain, masalah idealisme dalam memilih pekerjaan juga sering kali menjadi batu sandungan. Banyak pria yang masih terlalu idealis dalam memilih pekerjaan, ingin yang sesuai dengan passion dan keinginan pribadi, tanpa mempertimbangkan kestabilan finansial untuk keluarga. Memang, bekerja sesuai dengan passion merupakan hal yang ideal, namun ketika sudah memiliki tanggung jawab sebagai kepala keluarga, prioritas seharusnya bergeser pada pekerjaan yang dapat menghasilkan penghasilan stabil untuk kebutuhan keluarga. Bukan berarti harus meninggalkan impian, tapi menyusun strategi agar di masa depan, ketika kondisi keuangan keluarga sudah stabil, bisa kembali mengejar passion tersebut.
Memiliki keluarga berarti siap untuk mengorbankan segala ego dan keinginan pribadi demi kebahagiaan bersama. Pengorbanan waktu untuk hobi demi menghabiskan waktu bersama keluarga, serta keluwesan dalam memilih pekerjaan demi kestabilan ekonomi keluarga, merupakan bukti nyata pengorbanan tersebut. Setiap suami dan ayah harus menyadari bahwa kebahagiaan keluarga adalah prioritas yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Maka dari itu, sudah saatnya para pria yang telah berkeluarga menata ulang prioritas hidupnya, tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi lebih untuk keluarga yang telah dipercayakan kepadanya. Karena pada akhirnya, kebahagiaan dan kesejahteraan keluarga adalah cerminan dari pengorbanan dan kasih sayang yang tidak mengenal ego.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H