Lihat ke Halaman Asli

Wawancara Imajiner Iwan Fals, Oneng dan Kwik Kian Gie tentang BBM

Diperbarui: 18 Juni 2015   01:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Seru membaca tulisan tulisan tentang pro kontra kenaikan harga BBM. Pemerintahan SBY sebenarnya tidak alergi terhadap kenaikan harga BBM. Buktinya, SBY sudah berkali-kali menaikkan harga BBM dan juga menurunkannya. Hal menurunkan harga BBM, SBY pegang rekor sebagai presiden pertama yang melakukannya. Dengan alasan yang jelas dan rasional, SBY menaikkan harga BBM tahun lalu, dan menimbulkan pro kontra, tapi tidak menimbulkan keributan massa. Adem ayem saja, karena pemerintahan SBY melakukannya pada saat yang tepat, plus dibarengi dengan kebijakan kompensasi yang tepat pula. Kondisi saat ini berbeda.

Kondisi pro kontra sekarang lebih menarik, karena melibatkan pemerintahan baru idola sebagian masyarakat kita yaitu Jokowi. Tanpa angin tanpa hujan, Jokowi meminta SBY menaikkan harga BBM. Padahal kondisi negara sedang baik-baik saja. Transisi pemerintahan juga akan segera dilakukan dengan mulus. Permintaan dari orang yang sedang jadi idola itu, tentu menarik perhatian dan menjadi berita besar.  Bahkan lebih besar dari yang seharusnya. Namanya juga idola baru.

Dari banyak sekali tulisan opini di Kompasiana, saya tertarik dengan tiga nama dalam judul ini yang disinggung oleh beberapa Kompasianer, yaitu bang Iwan Fals, Rieke Diah Pitaloka, serta Kwik Kian Gie. Ketiga nama ini memang populer jika dikaitkan dengan kenaikan harga BBM. Iwan Fals adalah seorang penyanyi yang lagunya selalu berisi kritik sosial, termasuk kritik terhadap kenaikan harga BBM. Lirik-liriknya TOP deh. Rieke Diah Pitaloka juga artis, tapi terjun ke dunia politik dan sangat getol menyuarakan rakyat. Dulu. Waktu PDI P masih di luar pemerintahan. Sedangkan Kwik Kian Gie adalah pakar ekonomi, mantan menteri, mantan Kepala Bappenas era pemerintahan Megawati yang selalu menolak kenaikan harga BBM, berkat hitungan-hitungannya sendiri.

Saya membayangkan mungkin menarik mengumpulkan ketiganya untuk rembug nasional, hehe membahas rencana kenaikan harga BBM yang digagas Jokowi. Boleh juga dibahas kenapa Jokowi meminta pemerintahan SBY yang melakukannya? Kenapa tidak melakukan saja sendiri nanti setelah berkuasa? Plus pertanyaan-pertanyaan lainnya.  Biar seru, saya sebagai wasit eh moderator adalah pihak yang membela pemerintahan lama, pemerintahan SBY. Bagaimana setuju?

Pertanyaan imajiner pertama saya untuk Iwan Fals:

-Bang Iwan, Anda setuju harga BBM naik seperti diusulkan Jokowi?

(Jawaban imajiner lho ini)

“Wah kalau harga BBM naik tinggi, susu bayi tak terbeli.”

-Jadi Anda tidak setuju?

“Orang pintar tarik subsidi, anak kami kurang gizi.” (Dicuplik dari lagu Galang Rambu Anarki)

Pertanyaan imajiner untuk Oneng Pitaloka:

-Mbak, dulu menolak, kok sekarang malah mendesak kenaikan harga BBM. Bagaimana ini?

(Jawaban imajiner lho...)

Kita juga sama-sama tahu,kalau BBM Naik, ongkos transportasi naik, biaya produksi naik, harga-harga pasti naik, sementara PENGHASILAN RAKYAT TIDAK NAIK. Itu yang pasti terjadi di daerah pemilihan saya. (Dicuplik dari surat terbuka Rieke kepada anggota DPR lainnya, Juni 2013 lalu ketika menolak kenaikan harga BBM).   Tapi...

-Tapi kenapa mbak?

Tapi kondisi sekarang sudah berubah. Kondisi sekarang berbeda. (Imajiner sambil meminjam penjelasan Bu Megawati ya...)

-Wah saya jadi bingung mbak?

Selamat Merenung, merenungkan dan putuskan apakah besok KITA akan memposisikan diri sebagai WAKIL RAKYAT atau PENIPU RAKYAT! (Dicuplik dari surat terbuka Rieke kepada anggota DPR lainnya, Juni 2013 lalu ketika menolak kenaikan harga BBM).

Pertanyaan imajiner untuk Kwik Kian Gie:

-Waktu SBY naikan harga BBM 2013 lalu kok bapak mendukung?

Harga BBM 4500 itu terlalu murah. Rp 6500 masih terjangkau lah oleh masyarakat. Masih tergolong wajar. (Dicuplik dari siaran pers Kwik Kian Gie 23/6/2013).

-Kalau sekarang mau dinaikkan lagi dengan alasan APBN jebol?

Pemerintah bohong. Kalau APBN jebol karena subsidi, itu omong kosong. Seperti sering saya katakan, sebenarnya nggak ada subsidi. Sebenarnya gampang sekali kok kalau kita tanya, subsidi itu kan karena uang yang dikeluarkan lebihgededari yang diterima.

Silakan lanjutkan sendiri ya, kalau mau imajiner-imajineran.

Intermeso dari hiruk pikuk politik jelang alih kekuasaan, yang pasti lebih hebat dibanding alih kekuasaan sebelumnya. Alih kekuasaan sekarang berjalan baik, damai, tenteram, demokratis. Ribut-ributnya lebih berkualitas yaitu tentang kebijakan. Top deh pak SBY...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline