Lihat ke Halaman Asli

padma malikahani

Freelance Content Writer

Quarter Life Crisis: Mendebarkan atau Menakutkan?

Diperbarui: 29 Oktober 2024   19:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Freepik.com/Quarterlifecrisis

Quarter Life Crisis sering disebut sebagai masa peralihan dari remaja menuju dewasa, fase ini terjadi pada rentang usia 20 hingga 30 tahun. Berdasarkan fenomena yang terjadi kebanyakan orang merasa berada pada puncak Quarter Life Crisis di usia 27 tahun.

Pada masa ini rata-rata remaja menemukan beragam masalah orang dewasa untuk pertama kalinya. Mulai dari karir, percintaan, relasi bahkan kehidupan sosial. Seringkali para remaja merasa krisis identitas dan cenderung overthinking soal masa depan sampai terjadi pergolakan emosi pada dirinya. Dengan adanya Quarter Life Crisis dapat mengajak mereka untuk merenungi kembali tujuan hidup dan menata masa depan yang lebih baik. 

Banyak yang bilang kalau Quarter Life Crisis ibarat berada dalam terowongan panjang yang tidak berhujung, segalanya terasa gelap, sepi, dan menakutkan. Adapula yang mengatakan bahwa Quarter Life Crisis ibarat pisau bermata dua, yang apabila digunakan oleh orang yang tepat ia akan bermanfaat. Namun jika digunakan oleh orang yang salah ia akan menjadi benda menakutkan dan dapat menikam dirinya sendiri.

Mengutip data yang dipaparkan oleh theguardian.com 86% generasi millennial mengalami Quarter Life Crisis, hal ini menjadi lumrah dan penting untuk dipersiapkan matang-matang. Dan didukung dengan data dari Yale Medicine yang mengatakan bahwa 70% orang dewasa muda pernah mengalami fase Quarter Life Crisis, maka munculnya fase ini adalah untuk dihadapi dan ditaklukan bukan sekedar dihindari bahkan diabaikan. 

Quarter Life Crisis sering dikaitkan dengan beberapa dilemma seperti:

1. Kesulitan untuk mengambil keputusan

2. Merasa tidak berharga

3. Kurang termotivasi

4. Terjebak dengan keadaan

5. Terjerumus oleh tekanan lingkungan sosial

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline