Lihat ke Halaman Asli

Patung Yesus Dalam Ka’bah?

Diperbarui: 4 April 2017   16:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hari ini penulis mendapat pertanyaan tentang keberadaan patung Yesus dalam Ka’bah. Kalau ditanya apakah saya pernah melihat isi ka’bah, tentu jawaban saya “tidak pernah”. Namun sebuah kepastian juga bahwa orang yang mengatakan Yesus ada dalam Ka’bah pun tidak pernah melihatnya. Hanya orang-orang yang diberikan izin oleh kerajaan Saudi saja yang diperkenankan masuk ke dalam ka’bah. Sedangkan orang-orang non muslim, jangankan ke dalam ka’bah, ke kota Mekkah saja tidak dibenarkan.

Gosip adanya patung Yesus dalam ka’bah tentu hanya berdasarkan analisa atu cerita yang dibuat-buat. Namun ada baiknya kita analisa alasan mereka. Menurut mereka “sewaktu Rosulullah Saw, Menghancurkan patung-patung berhala, beliau menyisakan satu patung; patung Yesus. Langkah ini Rosulullah Saw, ambil sebagai bentuk penghargaan atau toleransi.”

Mari Kita Bedah!

1.Dari mana lahirnya informasi ini? Dalam dunia ilmiah maka harus ada data-data dan bukti-bukti yang mendukung informasi ini. Kalau memang ada penelitian ilmiah, maka patut di pertemukan dengan hasil teori ilmiah lain. Namun kalau hanya sekedar gossip murahan, atau hanya berasal dari blog yang tidak bisa dipertanggung jawabkan keilmiahan dan kebenarannya maka ada baiknya abaikan saja.

Walaupun faktanya memang informasi ini bukan informasi ilmiah, namun penulis mencoba untuk menelaah argumentasi pembuat cerita.

2.Tentang patung Yesus sejak jaman Rosulullah Saw,. Mungkin yang membuat cerita ini tidak banyak belajar sejarah, hasilnya cerita yang dibuat tidak sesuai dengan fakta sejarah yang ada dan valid. Pada saat Rosulullah hidup, penduduk kota Mekah adalah para penyembah berhala bukan umat kristiani. Kalau diantara mereka ada kelompok kristiani tentu sejarah-sejarah yang validitasnya terakui akan mencatatnya. Diantara berhala-berhala yang terkenal saat itu adalah Latta, Uzza dan Manat. Dan saat ada perintah pembersihan Ka’bah dari berhala-berhala, semuanya dihancurkan.

Rosulullah Saw, pernah bersinggungan dengan umat kristiani tapi bukan di Mekkah, melain di Negus (Najasi) dan beberapa tempat lain. Sejarah mencatatnya bahwa raja Najasi walaupun beragama kristiani tapi ia mau menerima sahabat Rosulullah yang berhijrah. Rasulullah Saw, pernah bersinggungan dengan umat Yahudi di Madinah, sejarah mencatatnya. Rasulullaah Saw, bersinggungan dengan kaum Persia yang menyembah api (majusi), sejarah pun mencatatnya.

3.Sebagai bentuk perhargaan dan toleransi. Ada dua kesalahan yang dibuat oleh pengarang cerita; kesalahan pertama, Rosulullah Saw, memang mengajarkan toleransi dalam bersosial, namun tidak ada toleransi dalam aqidah. Bahkan ditegaskan dalam surat Al-Kafiruun ayat 1-6: 1). Katakanlah: Hai orang-orang kafir2). Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah 3). Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah4). Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah 5). Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah 6). Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.

Kesalahan kedua, mereka lagi-lagi tidak belajar sejarah. Sejarah mencatat bahwa Rosulullah Saw, menyeru agar masuk Islam dengan mengirimkan surat-surat kepada raja-raja Kristen, pemimpin-pemimpin Yahudi, dan penguasa-penguasa kabilah-kabilah di arab. Ini bukti bahwa tidak ada toleransi dalam aqidah.

Kemudian ada kelompok yang menolak masuk Islam, itu bukan karena Rosulullah membenarkan aqidahnya. Sebagaimana pada tahun 8 hijriah saat Futuh Mekah (penaklukan kota Mekah). Saat musuh-musuh tidak berdaya dan tanpa perlawanan, Rosululah Saw, bersabda bahwa yang masuk Islam selamat, dan bagi (orang-orang tetap tidak mau masuk Islam) yang masuk rumah Abu Sufyan pun selamat. Masuknya rumah Abu Sufyan sebagai bukti pengakuan bahwa mereka adalah kelompok kafir yang tidak memerangi (kafir dzimmiy). Bahkan hukumnya haram membunuh mereka. Dalam hal ini Rosulullah mengajarkan “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat.” (al-Baqoroh: 256).

4.Bukan rahasia lagi, banyak sekali orientalis (yang belajar ketimuran dan agama Islam) yang tujuannya adalah untuk menyesatkan pemahaman Islam dan melemahkan keyakinan umat Islam. Tentu kalau ini merupakan sebuah fakta ilmiah yang bisa dipertanggung jawabkan, mereka sebagai fakar akan terlebih dulu untuk mempublikasikan.

Dan faktanya tidak ada satu orientalispun yang mencatatnya dalam karya ilmiah mereka.

Penutup

Penulis tidak tahu motivasi pembuat cerita tersebut. Namun cerita itu sangat lemah dari sisi fakta sejarah yang ilmiah. Selain itu cerita tersebut bertolak belakang dengan aqidah Islam diturunkan di muka bumi. Bagi saudara-saudara penulis seiman, semoga kita selalu berada dalam lindungan dan pertolongan Allah Swt.

Semoga bermanfaat!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline