Lihat ke Halaman Asli

Kasta Sudra untuk Orang Indonesia di Malaysia

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dua tahun yang lalu saat pertama kali berada di Malaysia, penulis melihat fakta yang membuat rasa nasionalisme dalam dada mendidih. Tambah lama tinggal di Sabah dan tambah mengenal banyak kondisi perusahaan-perusahan sawit di Sabah yang notabene mayoritas pekerjanya adalah Warga Negara Indonesia. Dan tambah meluap-luap rasa nasionalisme itu, bahkan sepertinya hampir berubah menjadi kemarahan. Tapi harus marah kepada siapa?

Pertama kali datang di Sabah ini penulis tinggal di salah satu perusahaan sawit. Penerimaan pihak perusahaan (manajer) atas kedatangan penulis cukup baik. Penulis diberikan tempat tinggal bersama dengan para staf perusahaan. Penulis tidak ditempatkan di rumah wilayah para pekerja. Di awal-awal, penulis tidak merasakan adanya kejanggalan. Namun sekitar dua bulan berikutnya, suatu malam penulis kedatangan seorang tamu. Setelah saya bukakan pintu, saya suruh masuk dengan mempersilahkan dia duduk. Kebetulan di rumah itu tersedia beberapa kursi dan meja untuk tamu.

Dengan badan sedikit mengbungkuk sebagai tanda penghormatan dia menjawab “tidak pak, saya hanya sebentar saja”. Di awal penulis pikir, penghormatan biasa saja, seperti layaknya kita saling menghormati dengan sesama. Kemudian karena saya pikir betapa tidak sopan menerima tamu dengan membiarkan begitu saja di luar pintu sedangkan penulis di dalam, Saya suruh lagi untuk masuk. Akhirnya dia masuk. Sekarang bukan lagi membungkuk biasa, dia merendahkan badannya dan duduk depan pintu masuk, mirip seorang rakyatnya yang ingin menemui rajanya di film-film.

Penulis sontak terperanjat melihat sikapnya. “Pak, jangan duduk di sana! Kotor. Di sini pak!” sambil penulis menunjuk sebuah kursi yang ada empat langkah di depannya. Walaupun ada keengganan, karena saya paksa untuk duduk di atas kursi akhirnya dia bergerak menuju kursi yang penulis tunjuk. Yang membuat kaget lagi adalah ia bergerak seperti abdi dalem yang akan menghadap Sultan.

Kejadian seperti ini penulis tanyakan kepada partner yang sudah lama di Sabah. Dia mengatakan bahwa para pekerja-pekerja di sini bersikap demikian ketika menghadap atasannya.

Sistem Kasta Menguntungkan Perusahaan

Untuk sebuah perusahaan adalah keuntungan besar saat para pekerjanya melakukan apapun yang perusahaan mau tanpa banyak sanggahan atau pertanyaan. Penulis tidak tahu kapan mulainya sistem kasta seperti ini. Tidak tahu secara pasti apakah memang ada setingan sekala besar dengan sistem seperti ini. Tapi yang jelas, sistem seperti ini menguntungkan sebuah perusahaan. Yang rugi bukan sekedar para pekerja saja, bukan juga rugi secara material saja. Melainkan ada kerugian Negara dan kerugian kewibawaan bangsa Indonesia.

Seperti apa sistem kasta yang penulis ceritakan itu?

Indikasi kuat adanya sistem kasta di perusahaan sawit di Sabah adalah;

1.Adanya tingkat penyebutan gelar; mister, sir, tuan, sampai ke tansri. Mister adalah panggilan untuk staf diatas mandor, untuk mencapai posisi ini umumnya harus warga Negara Malaysia, umumnya lulusan setingkat SMA. Sir atau Tuan adalah panggilan untuk posisi asisten manejer atau Manajer. Untuk posisi ini, hanya bisa didapat oleh warga Malaysia, tidak boleh warga Negara asing. Pemilihan diksi tuan memberikan kesan bahwa selain dia adalah hamba. Bermakna posisi para pekerja adalah hamba.

2.Panggilan staf (mister) kepada para pekerja adalah memanggil nama. Walaupun usia staf itu baru usia 20 tahunan, sedangkan pekerja usianya sudah 50 tahunan. Atau kalaupun mau dipakai gelar, maka ada gelar yang tidak lebih baik untuk keberadaan para pekerja; ‘SI’. “kemana si iwan?” contohnya.

3.Hak-hak para pekerja jauh berbeda dengan para mister tadi. Para pekerja dilarang masuk wilayah perumahan mister kecuali dipinta atau ada keperluan mendesak. Kalau kualitas rumah berbeda mungkin bisa dianggap wajar, namun untuk listrik pun dibatasi; listrik nyala dari jam 4 pagi sampai jam 7 pagi. Kemudian jam 4 sore sampai jam 11 malam.

4.Sikap staf terhadap pekerjapun melebihi posisi atasan-bawahan. Tapi posisi dia yang selalu benar, pekerja selalu salah. Posisi dia sebagai tuan rumah, posisi pekerja adalah tamu benalu. Hal ini sempat terdengar oleh penulis saat seorang staf berbicara dengan teman-temannya yang usianya mungkin sekitar 22 tahun – 25 tahunan, “pokoknya kita gak perlu takut berurusan dengan mereka (para pekerja), kalau kita salah kita hanya keluar perusahaan, kalau mereka berurusan dengan kita mereka harus keluar dari negara ini”.

Kenapa kerugiaannya sampai kepada lembaga Negara dan kewibaan bangsa Indonesia?

Sikap meremehkan para pekerja ini berefek terhadap meremehkan asal Negara mereka. Hal ini penulis pernah rasakan saat pertama kali berkomunikasi dengan mereka. Karena mereka tahu bahwa penulis berasal dari Indonesia, Negara asal mayoritas para pekerja mereka, pilihan-pilihan kata saat berkomunikasi menjurus meremehkan. Bahkan sikapnya pun tidak simpatik. Bukan hanya secara pribadi, penulis tersinggung sebagai seorang warga Negara yang bermartabat.

Selain itu, Karena sistem yang dibuat di perusahaan seperti itu, akhirnya membuat mental para pekerja Indonesia bak hamba. Membuat sikap mereka merendahkan diri mereka sendiri ketika berhadapan dengan para mister, apalagi para tuan. Belum lagi para pekerja Indonesia yang dokumennya tidak lengkap. Mereka tidak mempunyai pilihan apapun. Karena kebangsaan para pekerja itu Indonesia yang tidak bisa dilepaskan dirinya, akhirnya orang memandang bangsa Indonesia sama dengan mereka.

Tentu tidak adil kalau kita menyalahkan para pekerja Indonesia atas rendahnya wibawa bangsa Indonesia di mata bangsa lain. Justru akar masalahnya adalah pemerintah Indonesia yang tidak bisa menyediakan lapangan pekerjaan yang layak untuk para warga Indonesia. Yang memaksa warganya mencari nafkah di negeri lain.

Semoga pemilu tahun 2014 ini, bangsa Indonesia mendapatkan pemimpin-pemimpin dan wakil-wakil rakyat yang peduli terhadap rakyatnya!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline