Ada pertanyaan kenapa banyak partai yang menjadikan artis-artis calon anggota legislative dari partainya. Bukan tentang artisnya, tapi umumnya kualitas keilmuan dalam politik sangat rendah. Salah satu buktinya bagaimana Angel Lelga yang gelagapan menerima pertanyaan dari Najwa Shihab. Bukan gelagapan, tapi “jaka sembug bawa golok”.
Kalau mencermati perpolitikan di Indonesia maka sebetulnya kita tidak perlu heran. Bahkan tidak perlu ada pertanyaan di atas. Dalam perpolitikan di Indonesia, keilmuan dan kecerdasan aleg-aleg itu tidaklah penting. Mereka semua pemikiran-pemikiran sudah dikebiri oleh partainya. Mereka tidak bisa berpikir kreatif apalagi mandiri. Semoga anggota legislative akan dan selalu patuh kepada kehendak partainya. Saat partainya berpesan untuk sepakat dengan pemerintah tidak ada satu anggota legislative yang berani berbeda. Ketika partainya menolak kebijakan pemerintah, semua kader yang menjadi anggota legislative mempunyai suara sama.
Jadi kalau melihat fakta seperti ini. Apa bedanya anggota legislative yang tidak berpendidikan dengan anggota legislative yang sekolahnya tinggi? Bahkan semua andai semua aleg itu idiot akan sama hasilnya dengan aleg-aleg yang berpendidikan. Mereka hanyalah budak dari partai-partai yang mereka diami. Mereka tidak lebih dari robot partai-partai mereka.
Tawaran
Ada saatnya Indonesia merumuskan undang-undang yang berdasakan ilmu pengetahuan. Sudah tidak jamannya suara terbanyak menjadi penentu undang-undang. Bukankah kebenaran tidak ditentukan oleh banyak orang?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H